Monica Harijati Hariboentoro, Tinggalkan Karier Demi Kerajinan Clay

By nova.id, Kamis, 25 September 2008 | 01:25 WIB
Monica Harijati Hariboentoro Tinggalkan Karier Demi Kerajinan Clay (nova.id)

Pulang dari Singapura, pengetahuan saya makin berkembang, hingga bisa membuat berbagai macam bentuk yang lain. Semula cuma boneka-bonekaan, akhirnya sudah mulai bikin jepit, anting, gantungan kunci, juga hiasan-hiasan yang lain.

Makin dewasa, saya punya gagasan, hobi ini bisa dikembangkan untuk mencari uang. Tapi, di tengah giat-giatnya merintis usaha, datanglah krisis moneter tahun 1996. Saat itu clay jarang didapat. Kalau pun ada, harganya jadi sangat mahal, karena barang import . Indonesia belum bisa bikin.

Terpaksa berhenti, dong? Benar. Saya awalnya kebingungan karena mahalnya bahan. Tapi, berkat krisis itu pula kreatifvtas saya makin terpacu. Saya mencari tahu bagaimana membuat formula sendiri, supaya tidak tergantung dengan clay import.

Lalu? Cukup lama saya mengotak-atik berbagai bahan. Lalu saya ingat ucapan selintas guru saya di Singapura, yang menyuruh mencoba dengan roti tawar. Tanpa membuang waktu saya beli roti tawar, kemudian saya remas-remas sampai hancur. Sebagai perekat, saya campur lem kayu.

Soal komposisi memang saya utak-atik sendiri. Ternyata, lumayan berhasil. Cuma persoalannya, tidak bisa tahan lama. Setelah jadi boneka, enggak lama akan muncul bintik-bintik jamur. Kemudian saya eksperimen dengan tepung terigu dan lem. Hasilnya ternyata tetap belum sempurna. Demikian pula ketika saya coba dengan tepung beras dan tepung tapioka, masih tak memuaskan.

Dari situ, saya terpikir untuk menggabung ketiganya, plus lem kayu. Namanya juga eksperimen, jadi banyak trial and error-nya. Tapi akhirnya saya berhasil menemukan komposisi yang pas. Supaya tak berjamur dan tahan lama, saya campur dengan pengawet kue juga.