Monica Harijati Hariboentoro, Tinggalkan Karier Demi Kerajinan Clay

By nova.id, Kamis, 25 September 2008 | 01:25 WIB
Monica Harijati Hariboentoro Tinggalkan Karier Demi Kerajinan Clay (nova.id)

Berapa lama Anda harus bereksperimen? Lumayan lama, sekitar dua tahunan. Tapi, karena memang hobi berat, semua itu tidak jadi beban. Yang menggembirakan, clay dari tepung buatan saya ternyata tidak kalah dengan buatan Jepang.

Malah belakangan saya jadi tahu, kalau ternyata yang dibuat oleh produsen Jepang, bahannya sama. Hanya saja mereka lebih bagus sedikit dan mengkilap, gara-gara saat membuat adonan, clay dicampur dengan lilin. Saya sendiri sampai sekarang masih belum bisa melakukan proses pencampurannya.

Setelah berhasil membuat clay dari tepung, Anda mulai berproduksi? Betul. Karena bahannya sudah jauh lebih murah, kemudian saya coba untuk dijual. Waktu itu saya pilih meninggalkan pekerjaan saya sebagai arsitek di sebuah perusahaan properti besar di Surabaya. Saya konsentrasi membuat boneka mini, gantungan kunci dan lain-lain.

Barang-barang itu saya titip di toko-toko alat tulis. Ternyata sambutannya luar biasa. Maklum, waktu itu jarang sekali penjual kerajianan seperti itu. Bahkan, sangking langkanya, saya jual berapa pun, pasti laku. Karena sering kewalahan, kemudian saya mengambil karyawan untuk membantu.

Bagaimana mencari karyawan yang terampil? Memang tidak mudah. Makanya sebagai test masuk, calon karyawan saya minta untuk membuat daun kecil-kecil sebanyak seribu daun. Jadi berhari-hari tugasnya cuma bikin itu saja. Kalau bisa melakukan dengan baik, berarti dia memang terampil. Untuk sekarang saya fokus membuat disain. Kalau sudah dapat polanya, saya contohkan kepada karyawan. Setelah itu, jalan sendiri.

Bagaimana dengan pemasaran produk? Selain saya titipkan di berbagai toko di seluruh Indonesia, juga di luar negeri, seperti Amerika, Jepang, Australia, dan Singapura. Di Perth, Australia, kerajinan saya dijual di sebuah toko yang khusus menjual kerajinan tangan dari berbagai dunia.