Secara tak sengaja, mereka berusaha saling mengecewakan dan menyakiti karena perbedaan di antara mereka semakin jelas. Yang terjadi adalah sama-sama berusaha mengatur strategi untuk dapat mengendalikan suasana realistic love dalam rumah tangga, berusaha agar rumah tangga tidak hancur, dan banyak berkorban untuk pasangannya. Di sisi lain, mereka kerap saling menilai satu sama lain, mengkritik, membela diri sebagai yang paling benar, dan mereka juga mulai membuat kubu (otonomi) yaitu kubu kanan-kiri, baik-buruk, atau salah-benar.
Discovery Love
Usia kedua pasangan sudah tak muda lagi. Anak-anak pun sudah semakin besar dan dewasa. Kondisi ini membuat pasangan mulai mengonstruksi ulang tujuan mereka menikah, juga mulai melepaskan kemarahan dan rasa sakit hati. Mereka mulai menciptakan ikatan koneksi yang baru dengan kembali memperdalam komunikasi, kejujuran, dan mengembalikan kepercayaan pasangannya.
Dari semua masalah yang sudah dilalui, mereka belajar mengenal kekuatan dan kerentanan pasangan, mengidentifikasi dan berbicara tentang ketakutan mereka. Tidak ada lagi saling menghakimi atau menyalahkan, dan mereka menerjemahkan keluhan mereka ke dalam permintaan untuk perubahan. Ada keteguhan dalam hati mereka untuk menjadikan pasangan sebagai teman hingga akhir hayat. Konflik menjadi hal 'percuma' untuk dilakukan.
Mereka juga melihat pasangannya dengan cara yang baru dan menemukan keseimbangan baru dari keterpisahan dan kebersamaan, kemandirian, dan keintiman. Pikiran mereka menjadi lebih luas dan inklusif.
Dari tahapan di atas, kita menjadi tahu bahwa pernikahan merupakan proses yang kontinu, sama seperti ketika manusia mencari Tuhan, tidak pernah sampai. Berhasil atau tidaknya pernikahan itu, tergantung dari pasangan itu sendiri, mau atau tidaknya mereka belajar atau, "Mau make it work atau punya komitmen untuk mensukseskan pernikahan itu enggak? Kalau enggak ada komitmen pasti susah. Konfliknya tidak akan selesai dan akan terus membuat relasi pernikahan antar pasangan terganjal. Yang pasti, konflik itu bagus dan perlu dalam pernikahan, karena konflik memaksa pasangan untuk bertumbuh (ke arah yang baik) satu sama lain."
Ester Sondang