Kenali 11 Karakter Mertua

By nova.id, Senin, 15 November 2010 | 17:07 WIB
Mertua Hobi Intervensi (nova.id)

Konon, hubungan mertua-menantu perempuan selalu diwarnai konflik. Nah, bagaimana caranya agar kita terhindar dari konflik tersebut? Kenali karakter mertua Anda!

1.TIPE MERTUA PENUH PERHATIAN 

Mertua dengan karakter ini biasanya amat penuh perhatian dan kelewat peduli pada cucu. Bila hidup tak serumah, hampir setiap saat ia menelepon sekadar menanyakan apakah cucunya sudah makan, lauknya apa, tidur jam berapa, dan sebagainya.

Bila kita sedikit keras pada anak, justru kita diomeli dan dinasihati panjang lebar. Selama tak "mengganggu", tentu curahan perhatian dari nenek boleh-boleh saja karena malah akan memperkaya anak secara emosional.

Tapi jika limpahan kasih sayangnya berlebihan atau malah menyesatkan, kita perlu waspada. Soalnya, pendidikan anak usia balita mutlak menjadi tanggung jawab orang tua. Lagi pula, anak akan bingung bila ada dua "peraturan" berbeda atau bahkan bertentangan. Ia butuh kejelasan, mana yang baik dan tidak, mana yang boleh dan tidak.

Psikolog Ieda Poernomo Sigit Sidi menyarankan agar kita mengkaji nasehatnya sekaligus introspeksi diri. Bisa jadi kita memang salah atau kelewat keras pada anak. Bukankah kita masih dalam proses belajar menjadi orang tua?

"Bila yakin prinsip Anda benar, jangan ragu untuk membicarakannya. Tunjukkan sikap santun dan hindari kesan menggurui. Bila perlu mintalah bantuan suami." Katakan, misalnya, "Ibu, maaf, bukan maksud kami bersikap keras pada anak. Tapi kami pikir, dia pun harus belajar disiplin agar tak tumbuh jadi anak manja. Kami khawatir dia nanti susah mandiri." Pokoknya, Anda harus berpikir jernih dan jauhkan prasangka.

2. TIPE MERTUA SOK KUASA

Tak sedikit, lo, mertua yang ngotot berusaha masuk dalam rumah tangga anaknya dengan berbagai cara. Maunya selalu ikut campur dalam segala hal; dari soal menu yang harus tersaji, pengasuhan anak, sampai mengurus suami. Bahkan, baju apa yang pantas dan tidak untuk kita kenakan pun dicampurinya juga. Nyebelin, kan? "Modal" untuk terhindar dari pengaruh buruknya adalah punya rumah sendiri.

"Entah cicilan, kontrak atau apapun namanya, karena hanya itulah satu-satunya cara agar Anda dan suami bisa mengelola keluarga sendiri," tutur Ieda yang tak setuju status kontrak atau ukuran rumah yang kecil dijadikan alasan. "Justru itulah tantangan hidup Anda. Ingat, rumah tangga milik Anda berdua. Anda berdualah yang menentukan akan diapakan dan dibawa ke mana," lanjutnya.

Dengan pindah rumah, selain dapat mengeliminir pengaruh kurang baik dari mertua dan keluarga besar, kita pun jadi punya banyak kesempatan berduaan dengan suami untuk membicarakan banyak hal mengenai keluarga.

"Bila selalu ada intervensi mertua, kapan kesempatan semacam itu akan muncul?" ujar Ieda. Bila mungkin, kemukakan pada suami bahwa Anda tak suka mertua terlalu mengatur dan mencampuri urusan rumah tangga. "Tentu Anda harus pandai-pandai memilih kata karena ibu mertua tetaplah ibu dari suami Anda. Bukankah bila ibu Anda dikritik suami, Anda pun pasti tak suka?"