3. TIPE MERTUA "TUKANG" NGERUMPI
Kita perlu ekstra hati-hati dan wajib menjaga jarak dengannya. Bila tidak, kita mesti tahan berjam-jam mendengarkannya mengoceh tentang segala hal, terutama kejelekan anak, menantu, atau cucunya yang lain, hingga terkesan seperti mengadu domba. Kita pun harus mampu menahan diri untuk tak menimpali ocehannya.
Apalagi sampai ikut-ikutan menjelek-jelekkan mereka, misalnya, "Oh, iya, Bu, si Anu memang begitu orangnya. Saya juga enggak suka sama dia." Tentunya kita tak ingin ikut-ikutan jadi pribadi bermasalah dan mendatangkan masalah buat orang lain, kan? Makanya, pesan Ieda, kenali dengan siapa kita menikah, kenali pula siapa ibunya.
4. TIPE MERTUA RAJIN MENGELUH
Boleh jadi si mertua memang "hobi"nya mengeluh dan terus mengeluh. Pokoknya, tiada hari tanpa keluhan; yang sakitlah, nggak punya duitlah, suami bikin jengkel, menantu pelit, cucu bandel, pembantu bebal, dan sebagainya. Melelahkan sekali bukan bila harus meladeni mertua begini? Tak menanggapi pun bisa-bisa dianggap menantu tak tahu diri.
Saran Ieda, kitalah yang harus mencoba menyesuaikan diri. Kenali kepribadian dan kebiasaan ibu mertua. Dari situ kita bisa mengenali pola komunikasi yang cocok bila berhadapan dengannya, sehingga kita tahu kapan dan bagaimana harus menanggapi keluhannya. "Anda harus memposisikan diri di tempat netral dan obyektif."
5. TIPE MERTUA MATA DUITAN
Biasanya ia suka berkomentar, "Mantuku yang satu itu baik banget." Lo, kenapa begitu? "Dia ngerti, deh. Sebelum diminta, pasti udah ngasih." Lalu, apakah yang tak pernah memberi atau cuma mampu memberi sedikit bisa dikategorikan menantu nggak baik? Belum tentu, kan? Mertua model ini, terang Ieda, mengganggap anak sebagai investasi sehingga selalu menuntut imbalan dan jasa.
Sampai anaknya mau kawin pun, ia tetap akan berhitung njlimet apa saja untung ruginya, "Aku akan tetap dapat jatah enggak, ya, kalau anakku beristrikan dia?" Ia mengukur baik-tidaknya menantu dari seberapa sering dan besar "upeti" yang diberikan kepadanya. Berbeda dengan ibu yang menganggap anak sebagai amanah, justru menolak pemberian anak sekaligus menasehati untuk menabung.
"Bila Anda memang mau dan mampu, silakan terus memberinya uang dan membanjirinya dengan aneka hadiah super mahal." Tapi bila keberatan, "buat kesepakatan dengan suami untuk menyampaikan seberapa besar kesanggupan Anda membantu."
Tapi bukan besarnya gaji suami atau istri yang perlu mereka ketahui, lo, karena itu, sih, rahasia dapur Anda berdua. "Jangan pernah memberi kesempatan siapapun masuk ke bilik yang paling rahasia ini."
Kerap kali, mertua model ini juga suka membanding-bandingkan antara anak/menantu yang satu dengan anak/menantu lain. Ingatkan beliau, peruntungan dan rejeki setiap orang tak akan pernah sama. Secara halus atau bergurau, ingatkan pula agar tak membanding-bandingkan siapa pun dengan tolok ukur benda-benda duniawi.