Sebenarnya batuk pilek bukan penyakit yang relatif berbahaya, namun akibat sampingannya yang sering membuat khawatir. Biasanya si kecil akan susah bernapas lantaran hidungnya mampet sehingga ia bernapas melalui mulut. Otomatis, bila diberi susu, mulutnya akan menutup sehingga ia jadi susah bernapas. Minum susunya pun jadi lebih lama sehingga takaran susu yang dikonsumsinya jadi berkurang.
Nah, menghadapi masalah ini, langkah pertama yang harus dilakukan ialah bersihkan hidung si kecil. Bila lendirnya tak terlalu kental, sedotan hidung (nasal aspirator) yang banyak dijual di pasaran bisa digunakan. Atau bila dibawa ke dokter, dokter akan memberikan cairan yang bisa mengencerkan lendirnya. Bila lendir sudah encer maka akan tertelan melalui mulut dan terbuang melalui kotoran sehingga hidungnya tak mampet lagi.
Selain itu, si kecil harus banyak mengkonsumsi cairan karena cairan bisa mengencerkan lendir. Tentu ini sangat membantu. Soalnya, lendir yang kental akan membuat batuknya jadi berat; sebaliknya, batuknya jadi lebih enteng kalau lendirnya encer. Satu lagi, Bu-Pak, bila menggunakan AC, sebaiknya temperaturnya jangan terlalu dingin dan si kecil jangan banyak kena angin dulu.
DIARE
Diare juga merupakan gejala dari suatu penyakit, misal, infeksi usus, gangguan penyerapan makanan, atau yang lain. Namun diare bisa juga terjadi karena susu yang diberikan pada bayi enggak cocok. Kalau ini penyebabnya, biasanya dokter akan menyarankan agar susu si kecil diganti.
Diare yang terjadi pada bayi juga sering diakibatkan infeksi bakteri. Seperti diketahui, masa bayi adalah masa bereksplorasi sehingga bayi akan memasukan segala sesuatu ke dalam mulutnya termasuk benda-benda tak bersih seperti sandal, sepatu, dan sebagainya. Atau, bisa juga si kecil terkena infeksi bakteri secara tak langsung, misal, ia dibawa keluar lalu ada orang melihat dan memegang-megang tangannya. Nah, bila tangan orang itu kotor lalu memegang tangan bayi, maka bayi bisa memasukkan tangannya ke mulut sehingga secara tak langsung kuman akan masuk ke dalam mulutnya. Ini sama saja, lo, bila Ibu atau Bapak sepulang dari kantor langsung menyentuh bayi tanpa cuci tangan dulu.
Diare sebenarnya relatif tak berbahaya, namun komplikasinya berupa dehidrasilah yang membuat berbahaya. Jadi, bila si kecil mengalami diare berat, ia harus segera dibawa ke dokter. Untuk berat-tidaknya diare dengan melihat banyaknya cairan yang keluar. Jika diarenya hingga 10 kali tapi keluarnya cuma satu sendok teh, berarti tak berbahaya. Yang bahaya kalau diarenya cuma 2 kali tapi keluarnya satu gelas, karena jumlah cairan yang keluar akan menentukan bayi mengalami dehidrasi atau tidak.
Itulah mengapa, pertolongan pertama yang dilakukan ialah memberikan cukup cairan. Bila si kecil masih menyusu, teruslah berikan ASI karena ASI paling bagus untuk diare. Bukankah ASI mudah dicerna dan mengandung zat-zat kekebalan bagi tubuh? Tapi bila ia mengkonsumsi susu formula, biasanya dokter akan menganjurkan agar takarannya dikurangi. Soalnya, seringkali diare karena virus menyebabkan bayi untuk sementara tak bisa mencerna laktosa (karbohidrat susu). Padahal, susu formula pada umumnya mengandung laktosa tinggi, sekitar 6-7 persen. Jadi, dengan susu diencerkan, maka kadar laktosanya pun akan lebih rendah.
Jika bayi sudah mengkonsumsi selain susu, beri ia makanan yang lunak-lunak, tak berminyak, dan mudah dicerna. Paling gampang berikan bubur nasi dengan kuah sayur bening. Untuk buahnya, jangan beri pepaya karena akan merangsang diare, tapi ganti dengan apel atau pisang. Bayi juga bisa diberikan air tajin karena mengandung karbohidrat sehingga bagus bagi yang mengalami diare. Cara pemberiannya, cukup ditambahkan gula dan garam sedikit, air tajin siap diminumkan.
Pemberian oralit pun disarankan pada bayi yang tengah mengalami diare. Takaran oralit sebanyak cairan yang keluar. Misal, bayi mengalami mutaber. Ia muntah sebanyak setengah gelas dan diare sebanyak dua gelas, maka oralit yang diberikan sekitar dua setengah gelas. Pemberian oralit tak boleh dicampur dengan cairan lain seperti susu karena daya serapnya akan berubah sehingga membuat oralit jadi tak efektif.
Biasanya, dokter tak akan menganjurkan pemberian obat-obatan untuk memampetkan kotoran. Terlebih jika bayi diare disertai panas. Soalnya, jenis obat ini akan menahan keluar diare. Padahal, dengan kotoran mampet berarti racun dan kuman-kuman penyebab infeksi akan tertahan dalam perut sehingga tak keluar. Nah, ini, kan, malah berbahaya.
Faras Handayani
DEHIDRASI
Beberapa gejala penyakit seperti demam, muntah, dan diare memiliki komplikasi dehidrasi. "Ciri yang paling mudah dikenali lewat ubun-ubun," ujar dr. Najib. Bila dipegang, ubun-ubunnya melesek ke dalam. Ini berarti bayi mengalami dehidrasi.
Ciri lainnya, bayi terlihat lesu dan kurang aktif. Frekuensi BAK-nya juga berkurang, misal, biasanya BAK 7 - 8 kali setiap hari tapi lalu menjadi hanya 2 kali sehari. Ini harus diwaspadai karena berarti cairan yang masuk berkurang sehingga yang keluar juga kurang.
"Masalah utama pada bayi yang mengalami dehidrasi adalah daya tahan tubuhnya menjadi rendah sehingga ia cepat sekali jatuh ke dalam syok yang bisa berakibat fatal," tutur Najib. Ciri-cirinya, bayi jadi kurang sadar dan kaki-tangannya dingin. Kalau sudah begini, biasanya bayi akan segera diinfus.