Berhubung masih rentan, si kecil jadi gampang terkena penyakit. Nah, apa saja penyakit yang umum menyerang bayi, mari kita simak paparan berikut ini dari ahlinya, Dr. Najib Advani, SpAK. MMed. Paed., pengasuh rubrik Tanya Jawab Kesehatan Anak di nakita.
KOLIK
Banyak yang mengidentikkan kolik dengan bayi menangis tanpa sebab pada jam-jam yang sama setiap hari, biasanya sore hari. Kolik adalah kram atau kejang usus. Gejalanya, bayi menangis keras dengan perut kembung dan sering buang angin. Namun setelah menangis, bayi akan segar kembali dan melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Itulah mengapa, kolik tak berbahaya.
Jadi, Bu, tak usah khawatir lagi, ya. Biasanya yang membuat stres orang tua karena apapun cara penanganannya, bayi yang mengalami kolik akan tetap menangis; digendong pun ia menangis, apalagi ditaruh di boksnya. Nah, pertolongan pertama yang bisa dilakukan dengan mengoleskan minyak telon di perutnya.
Tapi apa penyebab kolik, hingga kini belum diketahui. Ada beberapa teori, salah satunya, kolik terjadi pada bayi yang menyusu dari botol lantaran posisinya kurang tepat kala menyusu. Akibatnya, bayi terlalu banyak menelan angin sehingga menyebabkan perutnya kembung.
Biasanya, kolik hanya menyerang bayi usia 3 bulan ke bawah. Jadi, nantinya kolik akan hilang sendiri. Tapi bila kolik sering berulang setelah usia di atas 3 bulan, sebaiknya bayi diperiksakan ke dokter. Apalagi bila koliknya disertai demam.
MUNTAH
Rasanya tak ada bayi yang tak mengalami gumoh. Biasanya gumoh terjadi setelah bayi usia menyusu, lantaran susu yang diberikan terlalu banyak sehingga susu jadi luber keluar. Ibarat mengisi air terlalu banyak dalam sebuah ember sehingga luber, begitu juga bila bayi terlalu banyak menyusu.
Tapi muntah yang dimaksud di sini bukan gumoh, lo, melainkan muntah dalam arti sebenarnya. Kalau gumoh, kan, cuma meleleh di sisi mulut bayi. Beda dengan muntah yang mengeluarkan isi perut dengan cara memancurkannya melalui mulut. Nah, bila ini terjadi berkali-kali harus segera dibawa ke dokter. Soalnya, muntah sama dengan demam, hanya merupakan gejala suatu penyakit. Jadi, dengan dibawa ke dokter dapat segera dideteksi penyakit apa dibalik muntah tersebut; apakah bayi mengalami muntaber, radang usus, radang saluran cerna, sumbatan saluran cerna, atau yang lainnya.
Orang tua juga harus hati-hati bila si kecil yang berusia 6 bulan dan bertubuh gemuk mengalami muntah secara tiba-tiba disertai sakit perut dan BAB-nya ada darah serta lendir. Kemungkinan ia mengalami intususepsi, yaitu usus masuk ke dalam usus. Ia harus segera ditolong karena berbahaya dan biasanya segera harus dioperasi.
Akan halnya gumoh, penyelesaian paling mudah ialah mengurangi porsi menyusunya tapi dengan frekuensi lebih sering. Misal, si kecil biasanya menyusu 6 kali 120 cc, berarti ia sehari memperoleh 720 cc. Nah, Ibu bisa mengubahnya menjadi 8 kali 90 cc. Jika sudah diubah seperti itu namun si kecil masih juga sering gumoh, berarti ia harus diperiksakaan ke dokter. Mungkin ia mengalami gangguan pencernaan.
DEMAM
Hampir semua bayi pernah mengalami demam. Sebenarnya, demam bukan suatu penyakit, melainkan hanya gejala suatu penyakit. Diperlukan pemeriksaan dokter untuk mengetahui yang terjadi dibalik demam; apakah si kecil mengalami demam karena radang tenggorokan, infeksi telinga, infeksi saluran kencing, demam berdarah, atau lainnya.
Bayi usia di bawah 2 bulan yang mengalami demam harus segera dibawa ke dokter karena daya tahannya masih rendah. Disamping, kemungkinan penyakit berbahaya pada bayi kecil lebih banyak; salah satunya, infeksi sepsis, yaitu infeksi yang terjadi karena ada kuman dalam darah.
Untuk bayi usia di atas 3 bulan, pertolongan pertama dilakukan dengan memberikan obat penurun panas yang banyak dijual bebas di pasaran. Tapi ingat, ya, Bu-Pak, obat penurun panasnya khusus untuk bayi. Pemberiannya sesuai dengan dosis yang tertera di kemasannya. Tapi jika demamnya bertahan hingga 2 hari, sebaiknya periksakan ke dokter.
Jika panasnya tinggi, kompres dengan air hangat. Jangan gunakan air dingin, apalagi alkohol karena sudah tak disarankan lagi. Penelitian terakhir menunjukkan, kompres hangat lebih efektif. Gunakan spon atau handuk kecil yang dibasahi air hangat, lalu basuh bayi seperti tengah memandikannya saja. Ulangi 1-2 jam sekali kalau panasnya tinggi.
Jika dengan pemberian obat penurun panas maupun kompres hangat tak membuahkan hasil, segera bawa ke dokter. Beberapa orang tua percaya, ukuran panas yang tinggi bila bayi mengalami kejang. Padahal, tak semua bayi panas akan mengalami kejang karena kejang merupakan faktor bawaan. Jadi, ada bayi yang suhu badannya sudah mencapai 40 derajat namun enggak kejang, namun ada yang baru 38 derajat sudah mengalami kejang. Jadi, kalau panasnya tinggi, di atas 39 derajat, harus langsung dibawa ke dokter, ya, Bu-Pak.
Bayi yang tengah demam juga harus cukup cairan; bisa berbentuk susu, buah, atau air putih. Hanya saja pada bayi yang demam karena radang tenggorokan akan susah menelan sehingga biasanya tak mau makan atau menyusu. Akibatnya, demamnya akan naik terus karena kekurangan cairan. Untuk itu, cobalah tawarkan cairan sedikit-sedikit, misal, 3-4 sendok, namun sering. Jangan langsung diberikan dalam jumlah banyak, ya, Bu-Pak, karena bisa menyebabkannya muntah.
Kala bayi demam, udara di sekitar rumah harus memiliki ventilasi baik sehingga relatif sejuk. Jadi, jangan terlalu panas atau dingin. Perlu diketahui, hampir semua penyakit yang disertai demam akan menular karena demam menggambarkan suatu infeksi. Jadi, sebisa mungkin jauhkan si kecil dari kakak atau adiknya.
BATUK PILEK
Ada dua jenis batuk pilek; batuk pilek yang disertai demam dan batuk pilek yang tak disertai demam. Batuk pilek tanpa demam biasanya terjadi karena faktor iritasi atau alergi yang disebabkan debu atau udara dingin hingga sering terjadi pada setiap pagi atau malam. Bila si kecil memiliki alergi tersebut berarti harus dihindari faktor pencetusnya, yaitu debu dan udara dingin. Selain itu, si kecil sebaiknya tak dipakaikan bedak tabur pada wajah. Berbeda dengan orang dewasa yang dapat menahan napas ketika tengah mengenakan bedak, si kecil tidak. Jadi, kala ia bernapas, bedak akan terisap melalui hidungnya sehingga akan memicu batuk pileknya.
Jika batuk pileknya ringan dalam arti hidungnya tak terlalu mampet, batuknya tak terlalu berat, dan tak mengganggu aktivitas sehari-harinya, bisa diatasi dengan menggunakan obat-obatan yang banyak dijual di pasaran. Tapi obatnya jangan diberikan terus-menerus, ya, Bu-Pak. Kalau dalam 2-3 hari tak mengalami perbaikan, sebaiknya bawa ke dokter. Soalnya, pilek bisa berakibat komplikasi ke telinga seperti infeksi telinga atau congekan, bahkan sinus walaupun jarang sekali terjadi.
Batuk pilek yang disertai panas biasanya disebabkan infeksi virus atau bakteri. Pencetus paling sering adalah faktor lingkungan. Bila di rumah ada seseorang yang terkena flu, entah ibu, bapak, kakak, atau pengasuh, maka akan mudah menular pada bayi yang masih rentan akan penyakit. Jadi, jauhkan bayi dari orang-orang yang tengah batuk pilek. Jangan pula membiarkan orang yang tengah batuk pilek sampai mencium bayi, bahkan ibu-bapak yang tengah batuk pilek pun enggak boleh mencium bayi. Bila perlu, gunakan masker kala merawat si kecil.
Penting diketahui, batuk pilek tak akan menular melalui ASI. Jadi, walau Ibu tengah batuk pilek, namun menyusui tetap harus jalan, lo. Yang penting, hindari kontak muka ke muka, atau kontak secara tak langsung, misal, ibu habis membersihkan hidung lalu tak sengaja memegang si kecil, maka si kecil akhirnya akan tertular juga.
Sebenarnya batuk pilek bukan penyakit yang relatif berbahaya, namun akibat sampingannya yang sering membuat khawatir. Biasanya si kecil akan susah bernapas lantaran hidungnya mampet sehingga ia bernapas melalui mulut. Otomatis, bila diberi susu, mulutnya akan menutup sehingga ia jadi susah bernapas. Minum susunya pun jadi lebih lama sehingga takaran susu yang dikonsumsinya jadi berkurang.
Nah, menghadapi masalah ini, langkah pertama yang harus dilakukan ialah bersihkan hidung si kecil. Bila lendirnya tak terlalu kental, sedotan hidung (nasal aspirator) yang banyak dijual di pasaran bisa digunakan. Atau bila dibawa ke dokter, dokter akan memberikan cairan yang bisa mengencerkan lendirnya. Bila lendir sudah encer maka akan tertelan melalui mulut dan terbuang melalui kotoran sehingga hidungnya tak mampet lagi.
Selain itu, si kecil harus banyak mengkonsumsi cairan karena cairan bisa mengencerkan lendir. Tentu ini sangat membantu. Soalnya, lendir yang kental akan membuat batuknya jadi berat; sebaliknya, batuknya jadi lebih enteng kalau lendirnya encer. Satu lagi, Bu-Pak, bila menggunakan AC, sebaiknya temperaturnya jangan terlalu dingin dan si kecil jangan banyak kena angin dulu.
DIARE
Diare juga merupakan gejala dari suatu penyakit, misal, infeksi usus, gangguan penyerapan makanan, atau yang lain. Namun diare bisa juga terjadi karena susu yang diberikan pada bayi enggak cocok. Kalau ini penyebabnya, biasanya dokter akan menyarankan agar susu si kecil diganti.
Diare yang terjadi pada bayi juga sering diakibatkan infeksi bakteri. Seperti diketahui, masa bayi adalah masa bereksplorasi sehingga bayi akan memasukan segala sesuatu ke dalam mulutnya termasuk benda-benda tak bersih seperti sandal, sepatu, dan sebagainya. Atau, bisa juga si kecil terkena infeksi bakteri secara tak langsung, misal, ia dibawa keluar lalu ada orang melihat dan memegang-megang tangannya. Nah, bila tangan orang itu kotor lalu memegang tangan bayi, maka bayi bisa memasukkan tangannya ke mulut sehingga secara tak langsung kuman akan masuk ke dalam mulutnya. Ini sama saja, lo, bila Ibu atau Bapak sepulang dari kantor langsung menyentuh bayi tanpa cuci tangan dulu.
Diare sebenarnya relatif tak berbahaya, namun komplikasinya berupa dehidrasilah yang membuat berbahaya. Jadi, bila si kecil mengalami diare berat, ia harus segera dibawa ke dokter. Untuk berat-tidaknya diare dengan melihat banyaknya cairan yang keluar. Jika diarenya hingga 10 kali tapi keluarnya cuma satu sendok teh, berarti tak berbahaya. Yang bahaya kalau diarenya cuma 2 kali tapi keluarnya satu gelas, karena jumlah cairan yang keluar akan menentukan bayi mengalami dehidrasi atau tidak.
Itulah mengapa, pertolongan pertama yang dilakukan ialah memberikan cukup cairan. Bila si kecil masih menyusu, teruslah berikan ASI karena ASI paling bagus untuk diare. Bukankah ASI mudah dicerna dan mengandung zat-zat kekebalan bagi tubuh? Tapi bila ia mengkonsumsi susu formula, biasanya dokter akan menganjurkan agar takarannya dikurangi. Soalnya, seringkali diare karena virus menyebabkan bayi untuk sementara tak bisa mencerna laktosa (karbohidrat susu). Padahal, susu formula pada umumnya mengandung laktosa tinggi, sekitar 6-7 persen. Jadi, dengan susu diencerkan, maka kadar laktosanya pun akan lebih rendah.
Jika bayi sudah mengkonsumsi selain susu, beri ia makanan yang lunak-lunak, tak berminyak, dan mudah dicerna. Paling gampang berikan bubur nasi dengan kuah sayur bening. Untuk buahnya, jangan beri pepaya karena akan merangsang diare, tapi ganti dengan apel atau pisang. Bayi juga bisa diberikan air tajin karena mengandung karbohidrat sehingga bagus bagi yang mengalami diare. Cara pemberiannya, cukup ditambahkan gula dan garam sedikit, air tajin siap diminumkan.
Pemberian oralit pun disarankan pada bayi yang tengah mengalami diare. Takaran oralit sebanyak cairan yang keluar. Misal, bayi mengalami mutaber. Ia muntah sebanyak setengah gelas dan diare sebanyak dua gelas, maka oralit yang diberikan sekitar dua setengah gelas. Pemberian oralit tak boleh dicampur dengan cairan lain seperti susu karena daya serapnya akan berubah sehingga membuat oralit jadi tak efektif.
Biasanya, dokter tak akan menganjurkan pemberian obat-obatan untuk memampetkan kotoran. Terlebih jika bayi diare disertai panas. Soalnya, jenis obat ini akan menahan keluar diare. Padahal, dengan kotoran mampet berarti racun dan kuman-kuman penyebab infeksi akan tertahan dalam perut sehingga tak keluar. Nah, ini, kan, malah berbahaya.
Faras Handayani
DEHIDRASI
Beberapa gejala penyakit seperti demam, muntah, dan diare memiliki komplikasi dehidrasi. "Ciri yang paling mudah dikenali lewat ubun-ubun," ujar dr. Najib. Bila dipegang, ubun-ubunnya melesek ke dalam. Ini berarti bayi mengalami dehidrasi.
Ciri lainnya, bayi terlihat lesu dan kurang aktif. Frekuensi BAK-nya juga berkurang, misal, biasanya BAK 7 - 8 kali setiap hari tapi lalu menjadi hanya 2 kali sehari. Ini harus diwaspadai karena berarti cairan yang masuk berkurang sehingga yang keluar juga kurang.
"Masalah utama pada bayi yang mengalami dehidrasi adalah daya tahan tubuhnya menjadi rendah sehingga ia cepat sekali jatuh ke dalam syok yang bisa berakibat fatal," tutur Najib. Ciri-cirinya, bayi jadi kurang sadar dan kaki-tangannya dingin. Kalau sudah begini, biasanya bayi akan segera diinfus.