Si kecil perlu dilatih menggunakan tangannya, lo. Kalau tidak, ia bisa mengalami kesulitan saat bersekolah. Ia pun jadi tak mandiri dan percaya diri.
Apakah si kecil Anda yang berusia 1-2 tahun sudah bisa memutar tombol radio atau TV, mampu mengambil benda kecil dalam mangkuk, mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk, atau sudah bisa membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan?
Sementara untuk anak usia 2-3 tahun, diharapkan antara lain, sudah bisa membuka tutup stoples, memegang pensil, membuat gambar lurus dan lingkaran tak beraturan, dan mengancingkan baju atau ritsluiting serta bisa memakai baju sendiri. Nah, bila si kecil Anda sudah memiliki keterampilan-keterampilan tersebut sesuai tahapan usianya, berarti keterampilan motorik halusnya berkembang wajar. Yang dimaksud keterampilan motorik halus ialah keterampilan yang melibatkan gerak otot-otot kecil seperti menggambar, menulis, mencoret, melempar, memegang sendok, dan sebagainya.
Tentu saja, masih banyak lagi keterampilan motorik halus yang harus dikuasai anak usia 1-3 tahun. Yang jelas, keterampilan-keterampilan tersebut sangat bervariasi pada masing-masing anak. Artinya, si A yang berusia 2,5 tahun mungkin belum bisa mengancingkan baju, sementara anak lain seusianya sudah bisa. Namun begitu, Bapak dan Ibu tak perlu khawatir. Sepanjang perbedaannya tak terlalu jauh, enggak jadi masalah, kok.
Seperti dikatakan Zamralita, S.Psi., bila anak sudah mampu menguasai 2 dari 4 keterampilan masih dikatakan wajar. Lain hal bila di usia 3 tahun, misalnya, anak belum menguasai keterampilan yang mestinya sudah ia kuasai di usia sebelumnya. Bila demikian, berarti ada sesuatu; mungkin karena Bapak dan Ibu kurang memberinya stimulasi.
BERKAITAN DENGAN MOTORIK KASAR
Perkembangan motorik halus, terang psikolog yang akrab disapa Lita ini, sebenarnya sudah diawali sejak dini melalui aktivitas memegang dan meraba saat bayi. "Tapi keterampilannya sendiri baru berkembang pesat setelah anak berusia 3 tahunan, yaitu ketika sebagian besar keterampilan motorik kasar sudah dikuasai anak," terang dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara ini.
Itulah mengapa, perkembangan motorik halus sulit dipisahkan dengan perkembangan motorik kasar. "Begitu motorik kasar mulai muncul, perkembangan motorik halus sebetulnya juga sudah mulai mengikuti. Namun biasanya motorik kasar memang lebih berkembang dulu, baru kemudian diikuti motorik halus." Setelah anak mulai bisa berjalan (motorik kasar), misalnya, biasanya diikuti dengan keinginan untuk mulai berlari, dan seterusnya.
Nah, seiring dengan itu, keterampilan motorik halusnya pun mulai muncul. Misalnya, mencoret-coret. Perkembangan motorik, baik yang halus maupun kasar, merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan kemampuan gerak seorang anak. Perkembangannya sejalan dengan kematangan saraf dan otot. Jadi, tutur Lita, "setiap gerakan yang dilakukan seorang anak sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem di dalam tubuh yang dikontrol oleh otak."
Namun demikian, proses kematangan setiap anak tak selalu sama. Hal ini berarti, laju perkembangan motorik antara anak yang satu dengan yang lain dapat saja berbeda. Sebagaimana telah dicontohkan di atas, bisa saja si A yang di usia 2,5 tahun belum dapat mengancingkan baju namun anak lain yang usianya lebih muda beberapa bulan sudah bisa melakukannya. Yang jelas, masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi perkembangan motorik anak, karena di usia ini badan anak masih lentur dan mudah diarahkan. "Di usia ini anak juga sedang senang-senangnya bereksplorasi dan tak mengenal rasa takut, sehingga segala gerakan yang diajarkan kepadanya akan dianggap sebagai hal yang menyenangkan," lanjut Lita.
JADI MINDER
Tentu saja, semakin anak menguasai keterampilan motoriknya (kasar dan halus), akan semakin sehat karena ia banyak bergerak. Disamping, anak juga akan lebih mandiri dan percaya diri. "Anak semakin yakin dalam mengerjakan segala sesuatu karena sadar akan kemampuan fisiknya," tutur Lita. Selain itu, anak yang perkembangan motoriknya baik, biasanya juga akan mempunyai keterampilan sosial yang positif karena mereka senang bermain dengan teman-temannya. Misalnya, bersama-sama menggambar, menulis, dan mencoret.