Masih ada beberapa kondisi lagi yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus anak, yaitu faktor genetik, gizi, dan kondisi kesehatan anak. "Kondisi kesehatan mungkin erat kaitannya dengan faktor gizi, ya," ujar Lita. Kalau anak sakit-sakitan, misalnya, berarti, kan waktu untuk bereskplorasi dan melakukan kegiatan pasti akan lebih sedikit. Ia akan lebih banyak ke dokter, lebih banyak beristirahat.
"Orang tua juga sering khawatir sehingga tak memberi kesempatan pada anak untuk bereksplorasi." Sementara faktor genetik, pengaruhnya secara tak langsung. "Jika anak secara genetik memilik intelegensi yang bagus, maka kemungkinan perkembangan motorik halusnya pun akan lebih baik, dibandingkan dengan anak yang berintelegensi rendah," terang Lita. Sebaliknya, perkembangan motorik halus anak bisa terhambat jika intelegensinya rendah. Faktor lain yang dapat menghambat perkembangan motorik halus adalah kelahiran yang sulit.
"Ini pengaruhnya juga tak secara langsung." Misalnya, anak yang dilahirkan dengan bantuan alat seperti vacuum."Kemungkinan perkembangan otak anak bisa terganggu, sehingga dapat mempengaruhi inteligensi yang kemudian juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik halusnya," terang Lita. Anak dengan cacat fisik juga akan mengalami hambatan dalam perkembangan motorik halusnya. Misalnya, anak yang cacat tangan atau buta. Tentu mereka akan kesulitan mengembangkan keterampilan motorik halusnya dibandingkan yang normal.
BEDA POLA ASUH
Hal lain yang dapat menghambat perkembangan motorik halus ialah sikap orang tua yang overprotective. "Tapi biasanya ini untuk anak yang usianya lebih besar," ujar Lita. Misalnya, anak yang sudah mulai menggunting. Kadang orang tua,kan terlalu khawatir anaknya akan terluka akibat gunting.
Padahal, terang Lita, menggunting juga merupakan salah satu perkembangan motorik halus. "Yang penting adalah membimbing anak tanpa mengurangi faktor keamanannya." Perbedaan pola asuh antara ayah dan ibu juga bisa menghambat perkembangan motorik halus anak. Misalnya, ayah membolehkan anak corat-coret, sementara ibu melarang. Anak, kan jadi bingung. Karena itu, saran Lita, ayah dan ibu sebaiknya membuat kesepakatanb pola asuh yang akan diterapkan. "Orang tua harus berjalan seiring dan terus memantau perkembangan motorik halus anaknya."
Penting diketahui, jika keterampilan motorik halus di satu tahapan usia mengalami keterlambatan, maka akan menghambat tahapan perkembangan berikutnya. Itula mengapa, Lita menyarankan, orang tua sebaiknya tahu pentingnya perkembangan motorik, baik kasar maupun halus, dan bentuk motorik apa saja yang harus dikuasai anak. Dengan demikian, orang tua bisa menstimulir anak agar perkembangan motorik halusnya bisa berkembang baik, "Tapi tentunya tanpa melupakan faktor kematangan, lo," ujar Lita. Nah, Bu-Pak, sudah siap, kan, untuk mengasah keterampilan motorik halus si kecil? Jangan sampai perkembangannya terhambat, lo, karena dampaknya bisa membuat anak tak mandiri, kepercayaan dirinya juga akan berkurang, dan keterampilan sosialnya pun akan terhambat.
Hasto Prianggoro