Di sisi lain, bayi juga senang bila Anda menirukan apa yang ia katakan. Kala ia bersuara, "Uuu," misalnya, tirukan dan ulangi kepadanya. Begitu pun jika ia bersuara, "Aaa." Permainan menirukan ini akan menjadi dasar bagi bayi untuk menirukan bahasa Anda kelak.
Lantaran itu, lulusan FKUI tahun 1963 ini menganjurkan, Anda hendaknya berbicara dengan menggunakan bahasa yang benar, tidak cadel. "Jika bayi menerima sinyal audionya enggak baik atau tak jelas, maka proses keluaran (output) pun akan jelek. Seperti memfotokopi sesuatu dokumen yang jelek," paparnya.
Selain itu, dengan menggunakan bahasa yang benar dan jelas ucapannya, di kemudian hari Anda tak perlu repot-repot melakukan "pembetulan" kata-kata yang digunakan si kecil. Sebaliknya, si kecil pun tak akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan lingkungannya.
PERKEMBANGAN BICARA
Sejak usia 2 bulan, terang Adi Tagor, bayi sudah bisa menirukan tinggi rendah dan lagu atau intonasi suara kita. Ia pun dapat membedakan suara satu dengan lainnya, memberi respon dengan tersenyum atau tertawa. Sampai usia 6 bulan, tampak pada bayi yang dinamakan cannonic babbling, yakni lontaran-lontaran suara atau ocehan.
Di usia 8 bulan, ia sudah mengerti beberapa suara dan kata. Hal ini sangat berguna untuk membantu perkembangan pemahamannya. Ia pun mulai bisa berteriak untuk mencari perhatian, berespon kala namanya dipanggil, dan tertarik saat ada orang berbicara meski tak langsung tertuju pada dirinya.
Di usia 9 bulan, normalnya si bayi sudah bisa bicara dalam arti word (kata) seperti "mama", "mimi", "pus", yaitu nama yang merujuk kepada sesuatu maksud atau benda tertentu. Setelah umur setahun lebih, ia memiliki paling banyak 10-20 kata. "Lebih banyak dari itu berarti lebih bagus brain development-nya," ujar Adi Tagor.
Bila konsentrasinya mulai ditujukan pada "pelajaran" berjalan, maka untuk sementara kemajuan berbicaranya menurun. Kendati demikian, tutur Adi Tagor, "Perkembangan bahasa setiap bayi tak selalu sama. Ini tergantung berbagai aspek, yaitu aspek genetik perkembangan fisik yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dan kemampuan intelektualitas, serta rangsangan dari lingkungan." Karena itu, lulusan Public Health National University of Singapore ini menekankan pentingnya peran ayah, ibu, dan orang lain di sekeliling si bayi untuk selalu mengajaknya bicara.
RANGSANGAN DINI
Tapi bagaimana jika si bayi tak juga menunjukkan respon untuk berbicara kala Anda mengajaknya ngobrol? Menurut Adi Tagor, ada beberapa sebab. Boleh jadi karena pendengarannya mengalami gangguan atau malah sama sekali tak bisa mendengar alias tuli. Bisa pula karena perkembangan otaknya (brain development) yang terganggu, sehingga perbendaharaan kosa katanya sangat minim.
Kemungkinan lain, ia menderita autisma, yakni ketidakmampuan berkomunikasi dengan lingkungan, asyik dengan dirinya sendiri, dan tertutup terhadap lingkungan.
Tapi Anda jangan panik dulu! Sejauh anak menirukan atau tak berhasil menirukan ucapan Anda, kemungkinan besar ia tak mengalami gangguan apapun. Yang penting, ia tetap menunjukkan kemampuannya berkomunikasi dengan lingkungan. Misalnya dengan menggunakan bahasa isyarat (body language), menunjuk sesuatu yang diinginkan atau mendorong sesuatu untuk menjauhkan dari yang tak disukainya.