Ih, Pelitnya .............

By nova.id, Rabu, 17 Februari 2010 | 17:03 WIB
Ih Pelitnya (nova.id)

Jadi, bukan mencukupi kebutuhannya dengan cara membelikan segala macam yang diinginkannya. "Kemauan anak sangat banyak karena ia masih kagum pada lingkungan. Tertarik dengan segala hal yang baru baginya. Jika semua mau diberikan, ya, berabe," bilang Monty.

Juga beri batasan-batasan sesuai kaidah norma sosial yang ada. Misal, dengan menjelaskan, "Ini punya kamu dan ini milik adikmu atau kakakmu." Dengan demikian, anak tahu, mana yang miliknya dan bukan. Jika ia tak diberikan batasan yang jelas sementara egonya sedang berkembang, maka ego yang berkembang adalah ego yang kabur. Artinya, egonya tak dibatasi oleh kaidah-kaidah norma sosial melainkan diatur oleh anak sendiri. Nah, yang lebih parah jika anak terlalu dimanja oleh keluarganya dan ia menggunakan kemanjaan itu untuk memperoleh apa saja yang diinginkannya.

Berikut, yang tak kalah penting, berilah contoh yang baik pada anak. Contoh itu bisa berupa hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Jika Anda membuat kue, misalnya, beri satu pada si anak, kakaknya, tantenya, atau orang lain yang berada di rumah. Dari sini anak bisa belajar berbagi sehingga satu saat terdorong untuk melakukan hal yang sama.

MINTA IZIN

Nah, jika tak ingin anak bersikap egois, sekali lagi, orangtua jangan melakukan hal-hal yang dapat mengajari anak untuk bertindak egois. Misal, ayah atau ibu tak boleh memakai barang milik anak tanpa seizin anak. "Orangtua juga harus sadar, ini milik anaknya. Jangan mentang-mentang ia yang membelikan, lantas main ambil saja. Bukankah barang itu sudah diberikan kepada anak? Jika ia hendak memakainya, minta izin dulu pada anak. Dari situ anak akan belajar, bahwa untuk memakai barang orang lain, harus minta izin," terang Monty.

Dengan demikian, kepekaan anak akan tumbuh. Dan jika ia sudah memiliki kepekaan ini, dengan sendirinya ia tak akan keberatan bila ada teman hendak meminjam mainannya. Toh, ia tahu, mainan itu pasti akan dikembalikan dan tetap menjadi miliknya. Jadi, tak perlu sebenarnya orangtua repot-repot mengasah kepekaan anak. Biarkan ia tumbuh wajar. Cukup dengan memberinya perhatian dan contoh-contoh yang baik, kepekaan itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Agar contoh yang diberikan orangtua dapat tersampaikan secara efektif, tentunya harus ada kedekatan antara orangtua dan anak. Selain itu, ada komunikasi dan ada bujukan. Ini yang akan menumbuhkan kepekaan anak. Hal-hal ini akan bercampur secara alamiah.

Indah Mulatsih/nakita