Saat menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, tak seharipun dilewatkan Ahok tanpa bertatap muka langsung dengan rakyatnya. Suatu hari, Buniarti berkisah, Ahok pulang ke rumah dan berkata, "Ma, apotik Mama siap-siap tutup, ya!" Terang saja Buniarti kaget.
Kemudian Ahok bercerita kepada sang bunda, ia baru bertemu seorang pemilik toko yang usahanya nyaris bangkrut. Padahal, dua bulan sebelumnya Ahok melihat usahanya berkembang. Rupanya pemilik toko itu kehabisan uang karena dipakai untuk berobat ayahnya yang sakit. Ahok lalu menggagas program kesehatan gratis untuk masyarakat tidak mampu.
Lalu bagaimana kelajutan usaha apotik milik Buniarti? "Tak jadi ditutup. Kata Ahok, orang kaya tak mungkin mau pakai ASKES (Asuransi Kesehatan) gratis. Ya, benar juga, akhirnya sampai sekarang apotik saya masih buka," lanjut Buniarti lagi.
Amanah Kim Nam untuk membangun jalan bagus di Belitung Timur pun dilakoni Ahok. Kini, jalan-jalan yang menghubungkan setiap desa di Belitung Timur sudah teraspal bagus. Program lain yang dirintis Ahok adalah pendidikan dasar gratis dan pembangunan rumah ibadah masjid. Ahok pun berhasil mematahkan berbagai kecaman miring bernada SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) di awal karier politiknya.
Kepimpinan Ahok sebagai Bupati Belitung Timur berlangsung singkat, hanya setahun. Namun dalam tempo yang singkat ini telah melambungkan namanya sebagai pejabat yang terkenal bersih. Tahun 2006, ia lalu dinobatkan sebagai satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia oleh Majalah Tempo. Setahun kemudian, ia ditetapkan sebagai Tokoh Anti Korupsi oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat Transparansi Indonesia.
Pada 11 Desember 2006, ia mengundurkan diri dari jabatan Bupati Belitung Timur untuk bertarung menjadi calon Gubernur Bangka Belitung. Sayang, akibat adanya dugaan kecurangan penghitungan suara, Ahok kalah.
Sebagai pengganti untuk melanjutkan pembangunan di Belitung Timur Ahok berkali-kali memaksa sang adik, Basuri, untuk maju ikut pilkada. "Awalnya saya menolak, tapi lewat perjuangan panjang dan meyakinkan diri bahwa ini adalah amanah Tuhan, saya bersedia,' kata Basuri.
Lantas, bagaimana komentar Ahok setelah Basuri berhasil memenangi pilkada dengan bersih dan transparan? "Datar-datar saja responsnya. Mungkin jaim (jaga image, Red.), ha ha ha," tukas Basuri lagi.
Tak Alpa Baca Alkitab
Kini, kegiatan Buniarti setelah putra sulungnya menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, ikut bertambah. Seiring dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung, "Banyak juga yang datang berkunjung ke rumah, mau bertemu Mamanya Ahok kata mereka," ujar Buniarti sambil tertawa.
Jika tik sedang beristirahat, Buniarti dengan senang hati menerima para tamu untuk mengobrol dan berfoto. "Banyak juga yang ingin melihat foto Pak Ahok sewaktu masih kecil. Ya, saya keluarkan koleksi album saya."
Bila masih ada waktu luang, Buniarti kini lebih suka menonton tayangan berita di televisi. "Setiap hari sekarang ada berita soal Pak Jokowi dan Pak Ahok, saya suka nonton," ucap wanita ramah ini.
Kadang-kadang, ia juga memberi komentar kepada Ahok jika ada pemberitaan negatif tentangnya. Misalnya, saat Ahok marah-marah di dalam rapat. "Ahok bukannya mau marah-marah, dia itu gemas kalau melihat ada yang salah. Dia pikir dengan marah-marah bisa mengubah orang menjadi benar," bela Buniarti.
Pandangan Basuri lain lagi. Sama-sama menjadi pemimpin daerah, Basuri mengaku bisa memahami tindakan Ahok mengunggah berbagai rapat ke kanal YouTube. "Sebagai pemimpin, kami ingin bekerja setransparan mungkin. Jadi kalau kami benar, publik juga mendukung. Kalau sudah ada dukungan publik, oknum yang ingin berbuat curang jadi tak berani," ujar bapak tiga anak ini.
Bagaimana pun, dukungan Buniarti dan Basuri serta keluarga selalu menyertai Ahok. Ahok pun, menurut Buniarti, tak pernah alpa membaca alkitab setiap jam 04.00 pagi. "Dengan begitu, setiap hari dia jalani dengan yakin bahwa dia melakukan sesuatu yang benar," ujarnya.
"Ahok adalah kebanggaan keluarga juga kebanggaan masyarakat Belitung," sebut Basuri. Ia lantas mengibaratkan Ahok seperti ikan salmon. "Dia berenang melawan arus untuk bertelur dan mencetak generasi baru. Biarlah Ahok menulis sejarah dirinya. Benar atau salah, masyarakat lah yang nanti akan menilainya."
Ajeng