Ani memang sering cerita sama saya tentang pekerjaan, teman-temannya, tapi kalau urusan pribadi dia jarang cerita. Mungkin disimpan sendiri supaya enggak ngerepotin orang lain. Lagipula, anaknya easy going. Pernah dia bilang, pekerjaannya enak, uangnya banyak, tapi risikonya juga berat. Kadang harus syuting ulang, kalau ada yang enggak beres, diulang semua. Pusing. Tapi, ya, dia jalani saja dengan enjoy. Saya dukung apa yang dia sukai. Lagipula, Ani punya keinginan yang selalu diutarakan sama saya. Katanya, dia ingin sukses seperti orang lain. Ani selalu minta doa tiap ada pekerjaan baru. Dia juga bilang mau meng-umrahkan saya. (Lagi-lagi Yurnelli menangis.)
Apa yang paling Ibu rindukan dari Ani?
Saya kangen. Biasa tiap hari ketemu, sekarang dalam seminggu baru sekali bisa ketemu. Ani suka mencium dan manja sama saya. Kalau di keluarga, kami suka meledek dia "Pesek", panggilan sayang untuk bentuk hidungnya. Dia juga suka masak di rumah lalu saya yang tes rasanya enak atau enggak.
Ani juga bilang, suatu saat ingin ke Jepang dan jadi backpacker. Banyak keinginannya yang belum tercapai. Saya ingin sekali dengar Ani bilang, "Bunda, aku kangen masakan Bunda. Bikinkan aku sambal, ya." (Isak tangis Yurnelli kembali pecah, seakan menyampaikan kerinduannya pada sang buah hati)
Tapi, sekarang mau diapakan lagi? Kami harus jalani. Ibaratnya, nasi sudah jadi bubur, saya harus rasakan semua ini.
Adakah keinginan Ani sebelum musibah ini terjadi?
Terakhir dia punya rencana buka warung jajanan kuliner malam di Senopati, Jakarta Selatan. Bisnisnya join bareng tiga temannya. Setelah food test sana-sini, rasa masakan yang saya buat dianggap pas. Kata Ani, teman-temannya banyak yang memuji enak. Katanya, Ani dan teman-teman beli putus dari saya.
Ah, sedih saya kalau ingat perkataannya. Ani punya jiwa bisnis seperti ayahnya. Dia juga berencana buka pijat refleksi bareng temannya di Kalimantan. Ani juga sempat bilang ingin kredit mobil. Saya suruh dia tabung penghasilannya agar jangan terlalu royal. Dia suka belikan saya baju, sepatu. Kalau enggak dipakai, dia marah. Ke adik-adiknya juga begitu. (Tersenyum getir, Yurnelli menceritakan sosok Ani)
Ada yang Ibu ingin sampaikan?
Ya, saya ingin sekali masyarakat dapat teliti menilai masalah. Jangan menghakimi hanya dari satu sisi saja. Terutama provokasi di media. Ani juga manusia. Dia sadar bersalah, menyesal, dan ingin menebus kesalahannya.
Mudah-mudahan ada sedikit perasaan iba dari keluarga korban terhadap Ani. Kami tidak lari, tetap kooperatif dalam proses hukum. Di sel dia juga selalu diajak mengobrol biar enggak bengong. Kami tidak mau dia depresi dan melakukan hal buruk. Mudah-mudahan Ani kuat...