Miya Alexa (26) sudah lama senang melakukan spa. "Lama-lama saya ingin ibu-ibu lain merasakan spa, tapi dengan harga terjangkau. Selama ini, kan, spa yang ditawarkan harganya mahal. Baru empat bulan belakangan ini terealisasi," beber sulung dari dua bersaudara ini.
Konsep yang diinginkan Miya sebenarnya tidak terlalu rumit, faktor kepuasan pelanggan jadi tujuan utamanya. "Saat konsep ini terpikirkan 2 tahun lalu, saya langsung membuat akun Twitter bernama @SaungLulur. Pilihannya antara Saung Bali atau Saung Lulur," tutur Miya saat ditemui di Saung Lulur, Jalan Riung Gede Raya, Kompleks Riung Bandung Permai, Bandung.
"Meski belum ada tempat, yang penting sudah ada akunnya. Sekaligus mjadi motivasi buat saya untuk segera merealisasikannya. Tweet pertama saya, 'Segera dibuka Saung Lulur'."
Sambil menunggu, Miya membuat blog Saung Lulur yangberisikan info seputar kecantikan dan manfaat spa. "Semakin sering membagi info, semakin banyak pengunjungnya."
Seorang teman bahkan sudah bertanya lokasinya. "Saya jawab saja belum ada, baru sebatas mimpi. Eh, dia malah menyampaikan keinginannya membantu, kami pun lalu bekerjasama," tukas mantan penyiar radio swasta di Bandung ini.
"Dengan modal patungan sekitar Rp 30 juta, Saung Lulur pun resmi dibuka. Alhamdulillah tanggapan masyarakat bagus. Agar orang datang, daftar harga saya taruh di depan jadi orang enggak takut masuk. Cara itu berhasil, tiap akhir pekan selalu penuh sampai kasihan karyawan saya tidak ada istirahatnya," tutur Miya yang usahanya kini beromzet Rp 10 - 15 juta per bulan.
Apa yang ditawarkan Saung Lulur sebenarnya nyaris sama dengan spa yang sudah ada. "Kami memberikan perawatan, bukan merusak. Jadi tidak ada bleaching atau hair extention. Semua bahan spa pada umumnya kami buat sendiri. Creambath Vanilla, Chocolate dan Strawberry Yogurt merupakan favorit pelanggan," ujar Miya yang menghargai jasanya mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp 180 ribu.
Penggunaan produk buatan sendiri adalah jaminan hasil yang ingin dirasakan para pelanggannya. "Semua bahan yang digunakan seperti sayur dan buah sangat terjamin kesegarannya," imbuhnya berpromosi.
Agar pelanggan tak beralih ke spa lain, banyak hal yang dilakukan Miya. Di antaranya peningkatan pelayanan dan servis. "Spa ini khusus perempuan, sehingga privacy sangat terjamin. Karena tempat usaha ini sekaligus tempat tinggal saya dan suami, jika suami pulang sore atau sedang libur, terpaksa dia harus menunggu spa tutup baru bisa masuk rumah. Ha ha ha..."
Untuk terus mengembangkan usaha spa, "Saya juga harus terus belajar. Memang tidak ada latar belakang pendidikan spa, tapi karena senang di-spa dan pernah mengunjungi berbagai tempat spa, lama-lama bisa mengerti. Belajar, kan, bisa dari mana saja," tutur perempuan yang juga sering ajdi MC ini.
Ke depannya, Miya ingin membuka cabang spa di lokasi lain. Meski sudah dikenal dan memiliki banyak pelanggan, Miya tetap mempertahankan konsep spa rumahan. Pasalnya, Miya ingin masyarakat sadar pentingnya perawatan tubuh tak harus selalu mahal. "Banyak juga yang ingin membeli franchise, tapi saya belum berpikir sejauh itu. Sampai saat ini masih dalam tahap belajar. Mungkin nanti kalau sudah ngeletek di bidang ini baru mikir ke situ," ucapnya.
Menjalani usaha seperti ini menurut Miya memiliki beberapa kendala. Salah satunya, jeli memilih karyawan. "Kapster banyak, tapi mencari terapis yang agak susah. Karakter mereka juga berbeda. Pernah ada karyawan mantan karyawan salon. Gaya dan tutur bahasanya sangat berbeda dengan konsep spa. Karena tidak bisa berubah sikap, ya, dengan berat hati harus dikeluarkan."
Nove, Edwin / bersambung