Hari--hari Selly di Penjara

By nova.id, Sabtu, 6 Agustus 2011 | 01:54 WIB
Hari hari Selly di Penjara (nova.id)

Hari hari Selly di Penjara (nova.id)

""

Masih ingat dengan kasus penipuan oleh Selly Yustiawati (28) yang konon memakan banyak korban dengan dalih bisnis pulsa dan handphone. Wanita yang perkaranya sudah diputuskan dengan vonis 11 bulan penjara, kini tengah menjalani sisa masa tahanan di LP Paledang, Bogor. Jika selama ini Selly bungkam dan menghindari wawancara, ia memiliki alasannya sendiri. Berikut penuturan Selly.

Kegiatan sekarang apa?

Aku, sih, ribet banget sekarang dari pagi jam 8 sampai jam 4 sore bekerja di bagian registrasi. Karena aku diperbantukan di situ. Ya, sebenarnya tidak ada perlakuan khusus sih semua sama. Tapi memang diperbantukan setelah mereka tahu aku mengerti komputer.

Bagaimana perasaan Selly sesudah putusan ini?

Sudah lega sih karena hasilnya sudah kelihatan. Sebenernya harapannya ya pulang, seperti semua yang di pengadilan atau di sini. Tapi mungkin memang ini yang terbaik, kita kan enggak pernah tahu ada apa nantinya.

Menerima putusan hakim?

Aku sih semua kuserahkan ke kuasa hukum. Kan semua yang tahu soal prosedur dan pengadilan mereka. Yang aku tahu, mereka pasti melakukan yang terbaik buat aku.

Keluarga sering ke sini?

Sering sih. Bapak ibu juga kemari. Terakhir hari minggu kemarin waktu sebelum puasa ke sini. Rutin sih seminggu sekali pasti ke sini.

Sempat kami menghubungi bapak tapi sepertinya kurang berkenan?

Ya, mungkin bapak bingung juga sama pemberitaan di media. Bapak juga bingung mau ngomong apalagi.

Selama ini Selly terkesan sulit ditemui?

Aku sih tergantung saja sama pengacara, aku juga nggak diam-diam saja. Kalau memang ijinkan ya aku mau saja ngomong. Jujur aku juga takut dengan media  karena media sudah membuat statement "selly penipu". Padahal di dalam sini juga lebih banyak penipu sampai yang milyaran juga ratusan juta.

Kalau soal tuduhan penipuan, itu aku juga sudah melaporkan (terkait akun FB palsu, red.) dan ada berkasnya sudah di Polda. Aku merasa itu juga bukan akun FB ku dan sudah ditelusuri oleh tim cyber crime investigation. Ada IP address dan terbukti bukan aku yang punya. Jadi kalau mungkin dibilang banyak yang ditipu, mungkin uangnya masuk ke orang itu. Tapi yang jelas, berkas perkara (cyber crime, red.) sudah di Alam (pengacara Selly, red.).

Tuntutan katanya baru satu, sedangkan sisanya masih banyak?

Nggak ada itu. Kita kan sampai buka posko kemarin. Kalau memang ada yang masih merasa dirugikan, kenapa tidak ada yang melapor? Bahkan kita kemarin sempat buka posko sampai 2 minggu di jalan wijaya, belum ada yang melapor.

Uang yang didapat dari meminjam itu dipakai untuk apa? Bahkan ada tuduhan punya kelainan yang membuat hobi meminjam uang?

Aku nggak tahu deh. Sekarang kalau memang aku tidak baik, nggak mungkin aku diperbantukan di bagian registrasi LP Paledang ini. Aku juga bingung kenapa muncul tuduhan seperti itu. Apalagi ini kan bukan kasus pencurian, kenapa ada tuduhan klepto atau kelainan.

Nah, kalau soal uang 10 juta itu sebagian aku memang sudah belikan barang. Sudah ada bukti handphone yang sudah disita pengadilan. Kebetulan waktu pembuktian itu bersamaan dengan saat pembelaan. Aku juga tidak mengerti bagaimana media bisa menuduh macam-macam. Aku jadi terlihat bersalah juga.

Selama  di sini bagaimana perlakuan yang lain?

Alhamdulillah baik-baik saja. Mikir sih sempat dianggap sombong, padahal aku sama saja seperti mereka. Makan juga nasi bui aku makan.

Vonis 11 bulan, berarti kurang 7 bulan lagi di LP. Rencana kalau sudah keluar?

Mau usaha lagi, mungkin sedikit kapok ya. Trauma! Kalau diinget-inget, itu kan perjanjian sejak 30 januari untuk 10 minggu. Tapi tanggal 5 februari dia sudah melaporkan, Cuma karena uangnya juga pinjaman. Tapi dia bilang karena aku susah dihubungi jadi dia melaporkan. Padahal aku sedang berada di satu tempat yang aku nggak bisa dihubungi, itupun Cuma satu hari. Wajar dong, kecuali kalau sampai 3-4 hari tidak bisa dihubungi. Bahkan tanggal 4 Februari aku sudah hubungin Vika bilang kalau uang sudah aku belikan barang dan sisanya bisa dikembalikan. Dia bilang, kekeuh minta dikembalikan uang bersama bunganya karena ternyata uang itu uang pinjaman dari Soraya itu. Dan aku nggak tahu menahu soal dia pinjam ke Soraya itu.

Setelah terjerat kasus ini lantas bagaimana memandang masa depan?

Aku nggak tahu bagaimana ya. Yang jelas keluar dengan status mantan napi juga berat. Sebetulnya kalau soal predikat "mantan napi" itu nggak terlalu memberatkan di masyarakat. Kurasa masyarakat sudah lebih bisa menerima.

Tapi yang paling berat itu akibat dari pemberitaan media. Belum lagi untuk menjalani semua proses ini aku keluar uang bahkan nilainya lebih besar dari yang diperkarakan, sepuluh juta.

Bapak pernah bilang, sempat membayar untuk menutup uang pinjaman Selly?

Itu karena berita center yang lagi ramai. Aku memang nggak mau diberitakan. Aku juga nggak tahu tapi diberitakan seperti itu. Mungkin waktu itu, bapak juga kesal pemberitaan di media, jadi ya dibuat sekalian saja. Apalagi media langsung datang ke rumah, waktu itu saya pikir kenapa orang media yang datang kok bukan orang kepolisian. Kan urusannya sama kepolisian.

Beberapa karyawan di Kompas (mantan kantor Selly, red.) juga mengaku uang dipinjam, menurut Selly?

Kalau memang dipinjam kenapa nggak melapor? Kenapa malah koar-koar di media. Apalagi kita punya posko kemarin dan kita sudah sebar selebaran dan rilis.

Anak bagaimana sekarang?

Sekarang sih anak dipelihara bersama-sama dengan keluarga suami juga. Meski saya dan suami sudah resmi bercerai.

Perasaan berada di sel selama 4 bulan?

Kangen lah sama keluarga. Apalagi momen seperti puasa seperti ini pasti ingin kumpul bersama keluarga. Berat juga menjalani kehidupan di sini, banyak sekali aturan yang mungkin seperti waktu juga terbatas dan tidak leluasa. Semuanya juga serba apa adanya. Jadi ya sedih. Tapi ya mungkin memang harus memetik hikmah dibalik ini semua kalau kebebasan itu mahal harganya. Di sini aku belajar lebih ikhlas lebih sabar.

Laili Damayanti

Foto: Ist