Saya pilih hari Selasa Pahing untuk menyesuaikan dengan jadwal pasar tutup dan mereka tidak berjualan, jadi bisa lebih fokus. Nah, saat mereka akhirnya datang, mereka tidak perlu membayar, malah saya sediakan camilan sehat dan saya berikan ilmu bagaimana menjaga kehamilan. Akhirnya, makin lama makin banyak yang rutin datang.
Perkembangannya sekarang seperti apa?
Setelah berjalan lima tahun, hampir semua ibu hamil sudah tahu kelas hamil. Para suami juga rutin mengantarkan untuk kontrol dan ikut menjaga kehamilan sang istri. Kegiatan lain juga banyak, mulai menonton video senam hamil, praktik, atau menonton informasi penting lainnya.
Ini juga karena bantuan sponsorship yang tidak sengaja saya dapatkan. Suatu ketika di tahun 2011, saya bertemu salah satusales perusahaan farmasi dan diberitahu tentang kompetisi program. Saya kemudian ikut dan mengirimkan proposal kegiatan kelas hamil yang sudah ada sejak awal tahun 2010. Saya sampaikan bahwa melalui kelas hamil saya ingin menekan angka kematian ibu dan bayi serta memberikan edukasi kepada warga. Alhamdulillah, saya menang dan dapat dana Rp10 juta. Saya belikan perlengkapan untuk kelas hamil seperti teve, video hingga konsumsi bagi peserta kelas hamil.
Anda juga mendapat banyak penghargaan, Apa saja?
Sejak memenangi kompetisi tersebut, memang banyak yang datang melihat program kelas hamil yang saya lakukan. Bahkan, sampai sekarang itu jadi percontohan bagi tempat lain. Dari program ini, saya mendapatkan penghargaan Srikandi Award tahun 2012. Dari sini, nama saya semakin dikenal oleh media dan beberapa kali diwawancarai media nasional. Saya juga mendapat penghargaan Bidan Teladan dari Dinas Kesehatan Pemkab Pacitan tahun 2014 dan Piagam Penghargaan dari Bupati Pacitan sebagai Juara 1 Bidan Teladan Kabupaten Pacitan 2014.
Bagaimana Anda membagi waktu dan perhatian dengan keluarga?
Saya beruntung memiliki suami yang sangat mendukung aktivitas saya. Sejak menikah tahun 1993, Suhardiyanto (48), suami saya, terus memberikan dukungan. Saya juga bersyukur dikaruniai tiga anak yang patuh-patuh, Chandra Ardiansyah (21), Rizal Nurdiansyah (17), dan Amelia Ardiana (8). Semuanya saya bebaskan mau jadi apa, asal bisa bermanfaat bagi orang banyak. Mereka tidak pernah menuntut saya untuk memberikan waktu lebih banyak karena tahu 24 jam saya milik warga untuk membantu melayani kesehatan.
Apa yang sekarang sedang Anda lakukan?
Saat ini saya tengah fokus melakukan pengkaderan kepada bidan-bidan baru. Saya menerima dengan tangan terbuka mereka yang ingin belajar. Klinik saya terbuka untuk praktik. Saya pengin warga semakin sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan dan paham kesehatan reproduksi supaya tidak ada lagi ibu hamil di usia dini.
Swita Amallia