Pesawat Jatuh
Penghujung tahun 2014 ditutup dengan musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 jurusan Surabaya – Singapura. Pesawat yang dipiloti Kapten Pilot Iriyanto dan membawa 162 penumpang beserta awak pesawat itu lepas landas dari Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, pukul 05.36 menuju Singapura. Namun, pada pukul 06.18, pesawat yang pertama kali melakukan uji terbang pada 25 September 2008 dan telah beroperasi di maskapai Indonesia AirAsia selama 6,3 tahun itu hilang kontak. Pesawat jatuh ke Laut Jawa, kurang dari setengah perjalanan dari Surabaya ke Singapura. Ke-162 orang di dalamnya tewas.
Dari hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), tidak ditemukan adanya indikasi pengaruh cuaca sebagai penyebab kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Hasil penyelidikan KNKT mendapati jatuhnya pesawat itu akibat rusaknya sistem kemudi dan mode terbang manual.
Musibah penerbangan juga terjadi pada pertengahan tahun 2015 ketika pesawat Hercules C-130 milik TNI AU jatuh di kawasan Jalan Jamin Ginting, Simalingkar, Medan, Selasa (30/6). Lokasi jatuhnya pesawat jenis angkut militer ini persis dekat Bandara Lanud Soewondo eks Bandara Polonia Medan, di kawasan pemukiman dan pertokoan.
Pesawat Hercules C-130 jatuh sekitar pukul 12.00 WIB. Menurut informasi dari warga sekitar, sebelum jatuh, ekor pesawat ini terbakar dan sempat beberapa kali berputar di udara. Pesawat dengan kode 0A1310 berangkat dari Bandara Polonia menuju Pekanbaru. Pukul 11.48 WIB, Pesawat Hercules C-130 take off dari runaway 23 Lanud Suwondo, Medan menuju Tanjung Pinang. Seluruh penumpang dan awak pesawat berjumlah 113 orang tewas, ditambah korban dari pihak masyarakat di lokasi jatuhnya pesawat. Pembunuhan Angeline
Peristiwa tragis menimpa Angeline, 8 tahun. Rabu (20/5), polisi menemukan jasadnya dikubur di halaman belakang kediaman Margaret Ch Megawe, ibu angkatnya, di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali. Sebelumnya, Angeline dikabarkan hilang sejak 16 Mei 2015.
Jasad korban yang dikubur selama hampir tiga pekan ditemukan dalam kondisi tertelungkup memeluk boneka dan dibungkus selimut berwarna putih.Pada leher korban ditemukan bekas jeratan dan tanda kekerasan lain akibat benda tumpul
Sang ibu angkat, Margariet Ch Megawe, didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Angeline, bersama dengan Agus Tay Hamda May. Sidang kasus pembunuhan Engeline dibuka, Kamis (22/10). Margriet didakwa dengan pasal berlapis.
Tragedi Nenek Asyani
Bermimpi pun barangkali tidak. Tapi, nenek Asyani (60), terpaksa harus meringkuk di tahanan selama 3 bulan. 10 hari. Pangkal soalnya, ia dituduh mencuri kayu milik Perhutani. Nenek empat cucu ini akhirnya bisa bernapas lega setelah penahanannya ditangguhkan.
Nenek miskin yang tinggal di Desa Jatibanteng, Kec. Besuki, Situbondo (Jatim) ini ditahan bersama tiga orang lainnya, masing-masing Cipto, Abdussalam, serta Ruslan, menantunya. Asiyani sempat duduk di kursi pesakitan saat sidang kasus digelar di PN Situbondo, Jawa Timur.
Penelantaran Anak
Selain Angeline, 5 anak lain juga mengalami nasib yang tak kalah menyedihkan. Lima orang anak, CK (10), L (10), D (8), A (5) dan DI (4) mengalami nasib malang setelah ditelantarkan oleh kedua orangtuanya. Di saat teman-teman sebaya mereka mendapatkan curahan kasih sayang dan perhatian dari orangtua, kelimanya justru mengalami nasib sebaliknya. Sang Ayah, UT, dosen di STT Muhammadiyah Cileungsi, Bogor, serta NS, sang ibu, diduga tega menelantarkan kelimanya. AD, 8 tahun, bahkan dilarang tidur di rumah dan tidak dipenuhi kebutuhannya sejak awal tahun 2015.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama pihak kepolisian akhirnya berhasil mengevakuasi kelimanya dari rumah orangtuanya di Perumahan Citra Gran Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (14/5/2015). Untuk perbuatannya, UT dan NS terancam pasal berlapis. Bila terbukti, pasangan suami istri ini terancam hukuman penjara maksimal 15 tahun. UT dan NS juga terancam pasal penggunaan zat psikotropika. Saat pihak kepolisian menggerebek rumah UT, ditemukan 0,5 gram sabu dan alat isap.
Crane Roboh di Masjidil Haram
Badai pasir dan angin kencang yang melanda Mekkah, Jumat (11/9/2015) mengakibatkan sebuah alat berat berupa crane patah dan menimpa bangunan di kawasan Masjidil Haram. Saat kejadian, jemaah tengah melakukan persiapan salat Maghrib.
Ratusan orang, sebagian besar jemaah haji tewas, termasuk puluhan jemaah haji asal Indonesia yang tengah menjalankan ibadah di Masjidil Haram. Ratusan lainnya terluka. Crane yang roboh itu merupakan satu dari sederet crane yang ada di sekitar Masjidil Haram untuk proyek perluasan dan renovasi masjid suci tersebut.
Musibah Mina
Belum juga peristiwa robohnya crane di areal Masjidil Haram lenyap dari ingatan, musibah kembali terjadi dan menimpa jemaah haji yang tengah menuju Mina, Kamis (24/9). Sebanyak 717 jemaah haji meninggal dunia dan 863 lainnya terluka setelah terjadi insiden saling desak dan jatuh terinjak.
Dari berbagai sumber diketahui, insiden terjadi pukul 07.30 waktu setempat atau pukul 11.30 WIB saat dua kelompok besar jemaah datang bersamaan di Jalan 204, Mina. Lokasi ini terletak sekitar 5 km dari Mekkah. Direktorat Pertahanan Sipil Arab Saudi mengatakan, insiden terjadi di persimpangan Jalan 204 dan Jalan 223.
Setelah wukuf di Arafah dan menginap di Muzdalifah, jemaah kemudian berbondong-bondong menuju Mina untuk melaksanakan ibadah melempar jumrah. Mayat Gadis Cilik Dalam Kardus
Lagi, anak menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa. PNF, gadis cilik berusia 9 tahun, ditemukan tewas di dalam kardus dalam kondisi terikat oleh tali dan plakban serta mulutnya tersumpal kain. Penemuan PNF berawal dari kecurigaan warga yang melihat kardus berisi benda yang mencurigakan, Jumat (2/10/2015) malam.
Kerja keras polisi akhirnya membuahkan hasil. Polisi menetapkan tersangka bernama Agus Dermawan, 39, Jumat (9/10/2015) malam. Agus merupakan ketua geng Boel Tacos dan tinggal tak jauh dari kediaman PNF.
Tragedi Asap
Kebakaran hutan yang melanda Sumatera dan Kalimantan mengakibatkan kota-kota di kedua pulau tersebut diselimuti asap tebal. Sedemikian parahnya asap yang muncul membuat aktivitas sehari-hari warga menjadi terganggu. Sekolah-sekolah diliburkan dan banyak yang terserang ISPA. Bahkan, tak sedikit warga di kedua pulau tersebut yang mengungsi ke lokasi yang aman dari asap.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan total lahan yang terbakar di Sumatra dan Kalimantan mencapai 1,7 juta hektar dengan titik api sekitar 1.800 pada Minggu (25/10). Namun, dampak kebakaran hutan ini lebih luas karena pengaruh El Nino yang panjang.
Gunung Lawu Terbakar
Dampak El Nino yang panjang tak pelak juga memicu kebakaran di banyak tempat, salah satunya di kawasan Gunung Lawu, perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebanyak tujuh pendaki Gunung Lawu tewas saat melakukan pendakian pada Minggu (18/10) siang. Mereka terjebak kebakaran hutan yang melanda kawasan lereng Gunung Lawu.
Para korban kebanyakan berasal dari Ngawi, Jawa Timur. Selain tujuh orang pendaki yang tewas, dua korban lagi mengalami luka bakar serius. Diduga kuat para korban terjebak kobaran api yang berasal dari kebakaran hutan di lereng dan puncak Gunung Lawu, tepatnya di antara pos 3 dan pos 4.
Dokter Meninggal di Pedalaman
Lima bulan bertugas melayani masyarakat kota Dobo, Tual, Ambon, dokter muda ini mengembuskan napas terakhir karena sakit, Selasa (11/11). Dr. Dionisius Giri Samudra, akrab dipanggil dokter Andra mengalami demam dan kemudian dirawat di RS Cendrawasih sebelum akhirnya meninggal dunia. Ia sebelum sempat memperoleh perawatan di RS yang lebih lengkap. Peristiwa ini menjadi cerminan minimnya fasilitas kesehatan di daerah perbatasan.
Hasto / Berbagai Sumber