Obat pelangsing kerap dijadikan alternatif bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan secara instan. Obat pelangsing berupa pil biasanya dikonsumsi bagi mereka yang cenderung malas berolahraga atau melakukan diet ketat yang sehat.
Meski sebagian merasakan keberhasilannya ketika mengonsumsi pil pelangsing untuk menurunkan berat badan. Nyatanya, terdapat efek samping obat pelangsing yang didapatkan oleh sejumlah penelitian sehingga mendasari Anda untuk lebih selektif dan berhati-hati akan dampaknya.
Tim peneliti dari University of Aberdeen menyimpulkan hal tersebut setelah melakukan penelitian terkait bagaimana tikus menurunkan berat badan.
Bila dibandingkan dengan otak pria, otak perempuan dinilai memiliki cara yang tidak akan membantu penurunan berat badan yang distimulasi oleh obat.
Baca: Lengkap! Plus Minus 7 Jenis Diet Terbaik untuk Tubuh Langsing
Dalam studi Molecular Metabolism yang ditekankan oleh Telegraph dan Daily Record, peneliti menjelaskan bagaimana tikus jantan mampu menurunkan berat badan berlebih dengan obat obesitas. Namun, obat yang sama gagal menunjukkan efek yang sama pada tikus betina.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa bagian otak yang memiliki pengaruh signifikan pada bagaimana tubuh menggunakan kalori, ternyata berbeda pada laki-laki dan perempuan," kata peneliti Lora Heisler dalam rilisnya.
Baca: Tak Kunjung Langsing, Ketahui 5 Kesalahan Fatal Saat Menjalani Diet
Kondisi tersebut berkaitan dengan hormon otak yang disebut POMC peptida yang bertugas mengatur nafsu makan, aktivitas fisik, pengeluaran energi, dan berat badan.
Tikus jantan yang mengambil obat obesitas mengalami perubahan produksi peptida POMC yang berdampak pada pengurangan nafsu makan, serta pengeluaran energi yang lebih banyak melalui aktivitas fisik.
Baca: Bisakah Punya Tubuh Langsing Tanpa Diet dan Olahraga?
Sebaliknya, tikus betina hanya terpengaruh pada nafsu makan mereka. Sehingga peneliti mengatakan, perempuan tidak sepenuhnya mendapat manfaat dari pengobatan. Dan masih harus melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga untuk dapat membakar kalori lebih banyak.
"Saat ini belum ada perbedaan dalam cara penanganan obesitas dengan obat pada pria dan perempuan, namun tingkat obesitas perempuan adalah dua kali lipat dari laki-laki di beberapa negara,” catat Heisler.
Dia menambahkan, studi ini diharapkan dapat mengubah cara dokter mengatasi obesitas dan menjadi alasan untuk menciptakan obat obesitas sesuai dengan jenis kelamin.
Bestari Kumala Dewi/KompasFemale Sumber: Yahoo News