Bila Suami Berubah Usai Menikah... Harus Bagaimana?

By nova.id, Kamis, 21 April 2016 | 06:00 WIB
Ini Perasaan Suami Sesungguhnya Jika Istri Tidak Mencapai Orgasme (nova.id)

Kesepakatan yang dibuat sebelum menikah ternyata tak bisa dijadikan pegangan. Salah satu penyebabnya adalah perubahan yang tak terduga. Bila suami berubah usai menikah, kapan saatnya Anda membutuhkan bantuan orang ketiga? Sebelum mengikat janji pernikahan, Anda berdua sepakat untuk hidup terpisah dari orangtua masing-masing. Tujuannya sederhana namun sangat penting, Anda berdua ingin hidup mandiri. Waktu itu, suami juga mengungkapkan keberatan jika harus menumpang di rumah mertua karena ia merasa risih.  

Anda berdua yang tadinya sudah semangat mencari tempat tinggal sendiri harus mengubah haluan. Misalnya, karena ayah suami tiba-tiba meninggal dunia dan akhirnya, ibu suami tinggal sendiri di rumah. Sebagai anak, suami tak mungkin membiarkan Sang Ibu tinggal sendiri dalam keadaan gamang. Alhasil, ia memboyong Anda ke rumah orangtuanya.  “Ini, kan, kejadian yang enggak diperkirakan. Tapi, mesti dibicarakan apakah Anda berdua akan tinggal selamanya di rumah ibu Si Suami atau sampai Sang Ibu stabil kembali?” saran psikolog keluarga dan anak, Anna Surti Ariani, Psi. 

BACA: Inilah 8 Harapan Istri pada Suami yang Sulit Diungkapkan

Wajar Terjadi

Saat merasakan suami berubah setelah menikah, masalah yang paling sering terjadi adalah perbedaan ekspektasi.

“Idealnya, kalau ada ekspektasi tertentu memang lebih baik dibicarakan sebelum menikah. Kalau ada keberatan atau hal yang dirasakan mengganggu, ini bisa dijadikan sebagai pertimbangan sebelum menikah. Jangan menikah karena terpaksa,” jelas Nina, panggilan akrabnya.

Perbedaan ekspektasi sebenarnya wajar saja terjadi meski kesepakatan sudah dibuat. “Pernikahan yang paling bahagia sekalipun memiliki perbedaan ekspektasi,” ujar Nina.

Yang menjadi persoalan adalah maukah Anda berdua untuk bertoleransi dan berkorban? Dan, ketika evaluasi akan ekspektasi dilakukan, apakah pasangan mampu melakukan evaluasi atau perubahan tersebut. “Apakah harapan yang sebelumnya masih bisa dijalankan atau justru harus diubah?” tegas Nina.

Anda berdua juga harus siap menerima konsekuensi jika ternyata harus mengalah. “Kadang-kadang kita harus mengikuti pasangan atau malah dua-duanya enggak terpenuhi keinginannya,” jelas Nina. Dan, yang lebih penting, Anda berdua menjalani pengorbanan dengan sadar dan sabar. “Bisa bahagia, kok! Pasti!” tegas Nina.

Menurut Nina, perubahan semacam ini juga termasuk salah satu risiko dari menikah. “Oleh karena itu, lakukan pacaran yang ideal. Bukan hanya peluk-pelukan,” ujarnya setengah bercanda. Melainkan, mencari tahu kepribadian masing-masing, “Apakah Anda berdua akan cocok satu sama lain seumur hidup?” tambahnya.

Perempuan Hanya Ingin Didengarkan

Menyambung soal harapan yang disinggung sebelumnya, tak jarang perubahan terjadi di tengah jalan dan Anda pun tak bisa mengelak untuk mengalah. Di saat seperti ini pula, cara berkomunikasi pasangan saling diuji.