Sempat bekerja di perusahaan konsultan manajemen, dara manis kelahiran Surabaya 33 tahun silam ini melompat ke bidang e-commerce. Setelah menjadi salah satu pendiri Zalora Indonesia dan bekerja di perusahaan e-commerce di Amerika, kini ia ditunjuk menjadi CEO Alfacart, e-commerce yang sebelumnya bernama Alfa Online.
Sejak kapan bergabung dengan Alfacart?
Sejak 1 Maret 2016. Sebelumnya, saya memang pernah bertemu pihak Alfamart. Nah, waktu mereka berencana membesarkan Alfa Online yang kemudian berganti nama menjadi Alfacart dan membutuhkan Chief Executive Officer (CEO), saya dikontak. Proses pembicaraan berlangsung 3-4 bulan, sebelum akhirnya saya pindah ke Alfacart.
Menurut Anda, apa yang membuat Anda dipilih?
Saya tidak tahu, tapi mungkin karena melihat pengalaman saya di e-commerce. Sebelumnya saya, kan, pernah “pegang” e-commerce dan punya background bekerja di perusahaan management consultant. I think mix of that.
Anda sendiri, mengapa tertarik untuk bergabung dengan Alfacart?
Saya melihat konsep Alfacart membawa sesuatu yang baru di dunia e-commerce, yang mungkin pemain lain tidak punya, yaitu sistem O to O atau Offline to Online atau Online to Offline, sama saja. Saya melihat, selama berkecimpung di bidang ini, e-commerce Indonesia membutuhkan dua hal. Pertama, lebih menyosialisasikan e-commerce di kalangan lebih banyak orang Indonesia. Sebab, meski saat ini pemainnya sudah banyak, sebenarnya prosentase orang yang berbelanja di e-commerce masih kecil sekali.
Nah, dengan memanfaatkan jaringan distribusi Alfamart dan kami membuat toko-toko Alfamart sebagai point O to O Alfacart, kami punya posisi yang lebih baik untuk merangkul orang-orang yang sebelumnya mungkin susah, tidak berani, atau bermasalah dengan trust level (tingkat kepercayaan) untuk mencoba e-commerce. We are trying to bridge that.
Kedua, karena kami juga melihat jaringan distribusi Alfamart sebenarnya jadi aset yang sangat berharga bagi sistem distribusi Alfacart, untuk fulfillment order, dan lainnya. Sebab, di Indonesia ini karena wilayahnya banyak berkepulauan, logistic cost is always one of the issue.
Tepatnya seperti apa sih O to O itu?
O to O adalah Offline to Online. Alfacart menggunakan sistem ini dengan memanfaatkan jaringan Alfamart yang jumlahnya mencapai hampir 12 ribu toko. Kami bisa menggunakan konsep O to O untuk beberapa hal.
Pertama, payment point. Jadi, orang bisa membayar pembelian di Alfacart lewat Alfamart, walaupun kami tetap menawarkan delivery service. Ini sangat convenient, ketimbang pakai kartu kredit atau mengantre di bank. Lagipula, Alfamart ada di mana-mana. Kedua, sebagai pick up point. Jadi, kita bisa memilih di toko Alfamart mana pesanan di Alfacart akan diambil. Kalau belanja online, biasanya malas menunggu kurir datang karena jadi enggak bisa keluar rumah. Atau, pas kita pergi, kurirnya datang.