Catherine Hindra Sutjahyo, Cheerleader Bagi Para Pegawai

By nova.id, Minggu, 21 Agustus 2016 | 05:01 WIB
Catherine Hindra Sutjahyo (nova.id)

Ketiga, sebagai return point. Artinya, ketika barang yang dipesan hendak ditukar, bawa saja ke Alfamart terdekat sebagai return point. Ini yang sedang kami kembangkan. Belum semua toko bisa melayani hal ini.

Keempat, sebagai drop off point. Kalau kita baru bisa mengurus pengiriman barang sepulang kerja, jasa kurir yang buka sampai larut malam, kan, sulit dicari. Nah, dengan cara ini, pukul 21.00 pun orang masih bisa mengantar barang yang akan dikirim ke Alfamart terdekat. Ini juga sedang kami kembangkan.

Terakhir, sebagai purchase point. Mulai banyak orang Indonesia berbelanja online, tapi masih lebih banyak lagi yang belum dengan berbagai alasan. Bingung caranya, tidak percaya, dan lainnya. Nah, dengan menawarkan purchase point di toko Alfamart, ketika orang merasa khawatir atau ragu, ada toko yang bisa didatangi. Untuk orang Indonesia, hal itu sangat penting. Touch and feel are still very important for Indonesian.  

Bagaimana Anda memandang Alfacart?

Kami baru launching Alfacart sejak 30 Mei lalu. Memang Alfa Online sudah dimulai hampir tiga tahun lalu, tapi waktu itu hanya sebagai online channel-nya Alfamart, jadi hanya menjual barang-barang Alfamart. Nah, sejak menjadi Alfacart yang menandai kami sebagai full-fladged e-commerce, barang-barang yang ditawarkan bukan hanya barang-barang grocery. Kami juga membuka market place.

Jujur, memang banyak pemain di luar sana yang lebih dulu dari Alfacart. Kami tahu siapa saja mereka dan kami harus banyak belajar dari mereka. Namun, pada saat yang sama, saya melihat kami punya sesuatu yang berbeda dari yang lain, yaitu konsep O to O. Mudah-mudahan meski masih terbilang muda, kami bisa berkembang cukup pesat. Jumlah karyawan sekarang sekitar 270 orang. Jumlahnya berkembang pesat seperti ini setelah menjadi Alfacart.

 Seberapa besar keyakinan Anda Alfacart bisa berkembang pesat?

Saya sangat optimis dan kami punya plan. Target kami, setidaknya menjadi top three e-commerce Indonesia. Untuk mewujudkan hal itu, ada banyak hal yang kami lakukan. Dari sisi offering, misalnya, kami sangat agresif untuk mendapatkan berbagai brand yang dicari orang. Dari sisi marketing, kami juga sangat agresif baik secara offline maupun online, supaya orang mulai tahu apa sih, Alfacart itu.

Mudah-mudahan dengan O to O dan berbagai kemudahan yang kami tawarkan bisa membuat kami dilihat konsumen sebagai pemain yang menawarkan sesuatu yang lebih. Kami lebih luwes, karena kalau hanya menawarkan online saja, enggak cocok untuk masyarakat Indonesia. Sistem ini kami bangun benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.   

Apa tantangannya?

Yang pertama, meyakinkan orang Indonesia untuk mencoba belanja online. Kalau hanya menarget konsumen yang sudah biasa berbelanja online, nanti e-commerce Indonesia enggak kunjung besar. Jadi, kami harus mulai merangkul semakin banyak orang untuk mulai belanja online. Kedua, e-commerce Indonesia berkembang dengan sangat cepat. Talent yang bagus untuk e-commerce sangat susah dicari.

Bagaimana meyakinkan konsumen bahwa apa yang mereka pesan, itulah yang mereka dapatkan?