Nita pun beberapa kali ikut kegiatan yang diadakan NOVA, sehingga usaha rajutnya kembali diulas.
“Dari situ, banyak customer yang menghubungi saya. Kebanyakan, sih, dari luar kota seperti Kalimantan.
"Brand saya juga semakin banyak yang kenal. Sekarang, alhamdulillah pesanan sudah kontinyu dan lancar,” kata perempuan yang kini menetap di Ciputat dan membuka workshop di sana.
Agar penjualannya semakin meningkat, Nita juga menjualnya secara online.
“Memang, sih, masih banyak yang bilang, ‘Kok, rajutannya lebih mahal, ya? kemarin beli di Tanah Abang harganya segini, ini agak mahal’."
Kalau sudah begitu, "Ya, ini jadi salah satu PR saya, karena harus menjelaskan ke customer, rajutan kita beda, lo, bahannya.
"Kalau rajutan yang selama ini banyak digunakan, bahannya masih kasar sehingga panas jika dipakai, apalagi di kota seperti Jakarta.
"Sementara rajutan kita dari bahan katun, seperti di-steam, jadi lebih lembut kalau dipakai dan tidak panas.”
Bersyukur, setelah menang sebagai PIN, Nita punya tempat untuk sharing kendala dalam mengembangkan usahanya bersama teman-teman satu angkatannya.
“Jadi, PIN angkatan 2010 sampai sekarang masih terus berkomunikasi dan punya grup Whatsapp yang aktif.
"Di grup ini kita saling sharing tentang apa saja, mulai dari bertanya kabar, cara mengembangkan usaha, atau sekadar memberi semangat satu sama lain."
Yang menyenangkan baginya, "Pokoknya ikut PIN itu berkesan sekali bagi saya, karena bisa bertemu dengan banyak perempuan hebat yang sangat menginspirasi. Dan, terus terang hal itu sangat mempengaruhi saya hingga saat ini," pungkas Nita. (*)