Sempat Jadi Bahan Tertawaan, Petani Nagreg Ini Ciptakan Alat Pengubah Plastik jadi Bensin

By nova.id, Rabu, 7 Desember 2016 | 02:33 WIB
Oko sedang bekerja di rumahnya menciptakan inovasi (nova.id)

Pada percobaan pertama, kata Oko, bahan bakar yang dihasilkan masih sangat jelek. Itu terjadi karena semua masih mengalir dari satu pipa pendingin. Dari situlah, kata Oko, terpikir untuk juga membuat tabung reaktor.

Dengan dua tabung ini, pemanasan plastik hanya dilakukan di reaktor, sementara untuk penyulingan dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler yang terhubung dengan tabung pendingin.

"Karena hasilnya belum maksimal, pipa kapilernya saya tambah menjadi tiga. Pipa pertama untuk menyalurkan uap berat yang menghasilkan sejenis minyak tanah, pipa kedua untuk menyalurkan uap  sedang yang menghasilkan sejenis solar, dan pipa ketiga untuk menyalurkan uap ringan yang menghasilkan sejenis bensin. Untuk menjaga agar suhunya tetap konstan, pemanasan dirubah dengan gas bukan kayu bakar," ujar Oko yang sehari-harinya juga mencari nafkah dengan bertani.

Penyulingan dengan destilasi bertingkat, dengan tiga pipa pendingin seperti yang dilakukan Oko, secara prinsip tak berbeda dengan perusahaan besar penyulingan minyak bumi. Namun, karena alatnya sangat sederhana, minyak yang dihasilkan Oko tentu tak sebagus minyak yang dihasilkan perusahaan besar. "Tapi prinsipnya sama," kata Oko.

Pada dasarnya, menurut Oko, semua plastik bisa "diubah" menjadi minyak. Namun, hasil terbaik didapat dari plastik high density polyethylene (HPDE) dan plastik polipropena (PP). Kedua jenis plastik ini kerap dipergunakan untuk bahan tempat makanan atayu minuman.

Namun, HDPE biasanya dipergunkan untuk wadah sekali pakai. Dalam kode kemasan plastik, HPDE dicirikan dengan angka dua yang berada dalam segitiga panah daur ulang. Plastik PP diberi angka lima, ini plastik teraman untuk tempat makanan dan minuman, dan biasa dipergunakan berulang kali.

Raw / Tribunnews