Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli yang dimuat dalam jurnal Development And Psychopathology, AA, anak cenderung menjadi pemarah dan sering mengamuk karena ayah dan ibunya juga sering marah.
Menurut Ratna Syifa'a Rachmahana, M. Si, Psikolog, marah adalah salah satu bentuk emosi dasar manusia, seperti senang dan sedih.
Setiap manusia dikaruniai emosi-emosi dasar ini, tidak pandang usia. Begitu juga anak.
(Baca: Hindari 7 Hal Fatal Saat Marah, Salah Satunya Meluapkan di Sosial Media)
“Kemarahan biasanya dipicu oleh tidak sesuainya harapan atau keinginan dengan kenyataan yang ada. Misalnya, anak ingin bermain dengan asyik, tiba-tiba ada temannya yang mengganggu permainan yang tengah berlangsung.”
Anak pun menjadi marah.
Nah, bentuk ekspresinya macam-macam, bisa memukul, melempar sesuatu, atau bahkan melarikan diri.
“Marah sebetulnya hal yang wajar. Setiap orang pasti memiliki emosi itu secara alamiah yang muncul saat terjadi situasi yang tidak dikehendaki.”
(Baca: Anak Marah? Ini Cara Mengatasinya)
Masalahnya terletak pada ekspresi anak saat melampiaskan kemarahannya.
Tugas orang tua atau orang dewasa di sekitarnya untuk melatih ekspresi marah agar tidak berlebihan.
Sejalan dengan penelitian di atas, menurut Ratna anak adalah peniru luar biasa. “Apa yang dia lihat, dia dengar, dia alami, semuanya menjadi model belajar.”