Anak Sering Marah-marah? Jangan Ikut Emosi, Hadapi dengan 4 Cara Jitu Ini

By Ade Ryani HMK, Kamis, 4 Mei 2017 | 04:45 WIB
Anak Sering Marah-marah? Jangan Ikut Emosi, Hadapi dengan 4 Cara Jitu Ini (Ade Ryani HMK)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli yang dimuat dalam jurnal Development And Psychopathology, AA, anak cenderung menjadi pemarah dan sering mengamuk  karena ayah dan ibunya juga sering marah.

Menurut Ratna Syifa'a Rachmahana, M. Si, Psikolog, marah adalah salah satu bentuk emosi dasar manusia, seperti senang dan sedih.

Setiap manusia dikaruniai emosi-emosi dasar ini, tidak pandang usia. Begitu juga anak.

(Baca: Hindari 7 Hal Fatal Saat Marah, Salah Satunya Meluapkan di Sosial Media)

“Kemarahan biasanya dipicu oleh tidak sesuainya harapan atau keinginan dengan kenyataan yang ada. Misalnya, anak ingin bermain dengan asyik, tiba-tiba ada temannya yang mengganggu permainan yang tengah berlangsung.”

Anak pun menjadi marah.

Nah, bentuk ekspresinya macam-macam, bisa memukul, melempar sesuatu, atau bahkan melarikan diri.

“Marah sebetulnya hal yang wajar. Setiap orang pasti memiliki emosi itu secara alamiah yang muncul saat terjadi situasi yang tidak dikehendaki.”

(Baca: Anak Marah? Ini Cara Mengatasinya)

Masalahnya terletak pada ekspresi anak saat melampiaskan kemarahannya.

Tugas orang tua atau orang dewasa di sekitarnya untuk  melatih ekspresi marah agar tidak berlebihan.

Sejalan dengan penelitian di atas, menurut Ratna anak adalah peniru luar biasa. “Apa yang dia lihat, dia dengar, dia alami, semuanya menjadi model belajar.”

Bisa saja orang tua tidak pernah menunjukkan ekspresi marah yang merugikan. Namun anak melakukannya. Kok, bisa?

“Ternyata anak belajar dari teman, tontonan televisi, tetangga, dan banyak lain.”

(Baca: Ibu Rumah Tangga, Ini Bahaya Menonton TV 5 Jam Sehari Bagi Kesehatan)

Jadi, jika anak marah, orang tua harus menggali penyebabnya sehingga mudah mengatasi ekspresi marah yang tidak perlu.

Bagaimana caranya?

1. Tampung Emosi

Tampung dulu emosi marahnya, jangan dilarang atau disalahkan.

“Meskipun bagi orang tua penyebab kemarahan anak sangat sepele sekali pun.”

2. Ajak Bicara

Orang tua bisa mengajak anak berbicara dari hati ke hati tentang kemarahan anak.

Terima saja semua emosi yang muncul dengan tenang dan sabar (empatik).

“Ajak anak untuk mengenali emosi itu. Kemudian beri kesempatan anak untuk mengakui dengan jujur tentang hal-hal yang sebetulnya diinginkan.”

(Baca: Asah Sejak Dini, Anak yang Humoris Terbukti Lebih Tangguh dan Tak Mudah Stres)

3. Problem Solving

Sampe fase ini (anak mengungkapkan harapan yang hilang), biasanya kemarahan anak sudah menurun.

“Kemudian anak diajak untuk mencoba berpikir problem solving sehingga di saat lain jika menghadapi masalah yang sama anak akan lebih siap menerimanya.”

4. Terampil Komunikasi

Banyak orang tua kurang memiliki keterampilan komunikasi yang baik. “Akibatny, anak justru meningkatkan ekskalasi kemarahan .”

Pernyataan seperti "jangan marah", "ngapain, sih, marah-marah?", "awas kalau marah", adalah  contoh reaksi salah dari orang tua saat menghadapi anak yang marah.

“Anak akan terlihat diam, tapi sesungguhnya tidak melatih berekspresi dengan benar. Dia akan melampiaskan kemarahannya dengan destruktif, dalam bentuk menyakiti diri sendiri maupun orang lain.”

(Baca: Didik Anak Secara "Keras" Bikin Anak Lebih Tangguh dan Sukses? )

Respons seperti "Ibu juga akan marah jika diganggu teman seperti itu" atau "maaf, ya, Nak, ibu tahu kamu marah saat ibu terlambat menjemputmu tadi" adalah contoh reaksi orang tua yang membuat anak akan belajar mengenali emosi dengan jujur.

Reaksi marah yang tidak wajar sesungguhnya juga hasil belajar.

“Bisa disebabkan orang tua yang sangat otoriter atau tidak peduli. 

Anak kemudian mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak wajar.”

Nah, kalau sudah berulang-ulang terjadi, anak kemudian 'menikmati'nya sehingga tidak bisa dihentikan.

“Sama persis seperti orang yang mengalami kecemasan akut yang kemudian mengurangi kecemasan itu dengan melakukan hal-hal yang tidak lazim. Seperti mencakar kulit tubuh, membanting benda-benda sekitar, dan banyak lainnya.”

(Baca: 8 Cara Hadapi Si Kecil yang Keras Kepala Tanpa Perlu Marah-marah)