Mengapa Perempuan Sering Merasa Bersalah? 8 Hal Ini Solusinya

By Ade Ryani HMK, Minggu, 21 Mei 2017 | 06:45 WIB
Mengapa Perempuan Sering Merasa Bersalah? 8 Hal Ini Solusinya (Ade Ryani HMK)

Apakah kalimat seperti,”Rumahku sangat berantakan, kenapa aku selalu saja mengacaukannya?” atau “Aku melupakan jani dengan dokter, betapa bodohnya aku!” sering kita katakan dalam hati?

Rasa bersalah dan menyesal merupakan perasaan yang umum kita miliki.

Perempuan, secara umum, memiliki kecenderungan untuk merasa bersalah, seperti yang disebutkan dalam sebuah penelitian.

(Baca: 4 Cara Apresiasi Diri Tanpa Rasa Bersalah)

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 dan dipublikasikan dalam Spanish Journal of Psychology melakukan riset pada 3 kelompok umur mulai dari remaja, pemuda, dan dewasa tentang situasi yang paling memicu perasaan bersalah.

Para peneliti menemukan bahwa  perasaan bersalah cenderung dimiliki oleh para perempuan dari ketiga kelompok umur tersebut, dengan angka terbanyak pada perempuan usia 50 hingga 60 tahun.

Sebenarnya, apa yang membuat kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri dialami oleh kebanyakan perempuan?

Jawabannya adalah pada kehidupan sosial dan lingkungan sekitar seorang individu, yang terbiasa untuk sebisa mungkin tak menyakiti perasaan orang lain, dan menjaga hubungan serta peduli pada orang lain.

(Baca: Mana Yang Lebih Rentan Stres, Ibu Bekerja Atau Ibu Rumah Tangga?)

Pada kebanyakan keluarga, seorang perempuan akan lebih bertanggungjawab untuk menjaga hubungan dengan keluarga atau kolega, memperhatikan jadwal dan kebiasaan dalam keluarga, serta menjaga fungsi peralatan rumah tangga secara efektif.

Perasaan menyalahkan diri sendiri bisa menyehatkan, namun juga bisa membahayakan kesehatan kita.

Bisa menyehatkan, apabila perasaan itu bisa membuat kita melakukan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi orang lain.

Namun, perasaan tersebut bisa tak menyehatkan apabila mengorbankan perasaan dan diri kita sendiri.

(Baca: Wanita Tak Lagi Merasa Bersalah Bekerja di Luar Rumah)

Agar kita tak menjadi terbebani oleh perasaan bersalah kita demi menyenangkan orang lain, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan.

1. Cari Sumber

Apabila kita merasa bersalah karena kita tak memiliki cukup waktu dengan anak-anak, suami, atau keluarga kita, coba buat daftar kegiatan yang biasa kita kerjakan dengan mereka.

Lalu, selalu simpan daftar tersebut dalam dompet agar kita selalu mengingatnya.

2. Terus Terang dan Cari Informasi Lebih Lanjut

Coba tanyakan pada orang yang mungkin telah kita abaikan, apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Kemudian pertimbangkan, apakah sebenarnya kita memang perlu mengabaikan mereka, lalu pastikan untuk ke depannya kita bisa mengatur apakah kita sudah melakukan apa yang diharapkan oleh orang lain pada kita.

(Baca: Mengapa Wanita Karier yang Sukses Lebih Rentan Stres?)

3. Hargai Diri Sendiri

Tulis catatan pribadi mengenai pencapaian diri setiap hari menjelang tidur.

Cantumkan minimal tiga hal yang sudah kita lakukan untuk membantu orang yang kita cintai dan hal yang membantu pencapaian target hidup kita.

Pada akhir pekan, baca kembali catatan harian tersebut.

4. Pikirkan dengan Sudut Pandang Orang Lain

Apakah kita pernah mencoba berpikir dalam sudut pandang orang lain?

Cara ini bisa membantu kita untuk lebih memahami orang lain lo, serta membantu kita untuk berpikiran lebih objektif.

(Baca: 7 Rahasia Karier Sukses dan Rumah Tangga Bahagia)

5. Tak Selalu Hitam dan Putih

Jangan persempit pemikiran kita hanya pada hitam dan putih dari suatu hal.

Coba temukan apakah ada area abu-abu pada kondisi yang sedang kita hadapi, dan coba buat cara berpikir yang berbeda.

6. Atur Perasaan

Perasaan bersalah juga bisa muncul karena kita sedang berusaha menutupi perasaan kita yang sebenarnya.

Misalnya, perasaan marah, terintimidasi, atau tertekan.

Kondisi ini bisa dialami oleh seseorang yang berada dalam hubungan asmara dengan seseorang yang egois.

(Baca: Kenapa Pria Lebih Cepat Melupakan Amarah?)

7. Yakinkan Diri Pada Kemampuan

Merasa tak cukup melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita memang tak salah.

Namun, kita juga harus tahu batas kemampuan kita dan pastikan kita tak memaksakan diri.

8. Boleh Saja untuk Memperhatikan Diri Sendiri

Yang paling penting, kita harus tahu bahwa kita juga memiliki hak untuk memikirkan kepentingan diri sendiri selain kepentingan orang lain.

Sumber : www.psychologytoday.com