Itu bukan salah mereka, dan tindakan yang ceroboh justru bisa berdampak buruk bagi karir kita. Menjadi emosional juga akan membuat kita tidak nyaman bekerja dalam satu tim bersama mereka.
“Lebih baik mulai cari sebabnya, sembari membandingkan kualitas kita dengan orang lain, tanpa perlu mengungkap keburukan atau kekurangan mereka secara terbuka. Data-data dan argumen yang terkumpul nantinya bisa dipakai untuk meminta kenaikan gaji,” kata Salemi.
(Baca juga : Hamil di Usia 35 Tahun ke Atas, Ini 5 Fakta yang Harus Dipahami Agar Tak Membahayakan Nyawa)
Lakukan Riset
Carilah kisaran gaji yang layak untuk jenis pekerjaan kita dengan mempertimbangkan lokasi, pengalaman, tingkat pendidikan, dan jabatan. Riset itu bisa dilakukan melalui berbagai situs yang menjabarkan tentang rentang gaji pekerjaan tertentu, atau bisa ditanyakan sambil ngobrol dengan karyawan di perusahaan sama atau berbeda.
“Cari tahu nilai kita. Bandingkan apakah kita memang patut mendapat bayaran lebih, atau yang kita terima sudah sepadan dengan pekerjaannya,” saran Salemi.
Di sini kita juga harus mengetahui apakah rekan yang digaji lebih besar itu lebih berkualitas, misalnya mereka mungkin memiliki ijazah lain, kemampuan lain seperti bahasa asing atau pemasaran, pengalaman di perusahaan lain yang menjadi kompetitor, atau punya keahlian khusus yang dibutuhkan perusahaan.
Bila tidak, maka cukup adil untuk menanyakan perbedaan itu pada atasan.
(Baca juga : Terlambat Sarapan? Ganjal Lapar dengan Roti Gulung Keju Sarikaya Panggang Ini, yuk!)
Bicarakan dengan Atasan
Sebelum melangkah menemui atasan, kita harus bisa membuktikan bahwa kita berharga bagi perusahaan dan memiliki catatan karir yang baik. Selain itu, tentukanlah harga yang layak untuk kita dan sampaikan pada atasan tanpa ada kesan memaksa.
“Lakukan pembicaraan tanpa menghakimi atau mengeluarkan tuntutan dan ancaman. Sampaikan bahwa rekan kerja mendapat gaji lebih besar padahal mengerjakan hal yang sama. Lalu biarkan atasan memberi penjelasan.”