Studi ini menyebabkan kepanikan, angka vaksinasi turun, dan angka penyakit naik.
Awal tahun ini, para editor Lancet secara resmi menarik publikasinya dan mengatakan bahwa itu semua berdasar informasi yang diragukan.
(Baca juga : Luapan Hati Bahagia Mieke Amalia Sambut Tora Sudiro Bebas Setelah Sempat Ditahan Karena Dumolid)
Banyak penelitian lain, termasuk yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association dan British Medical Journal, menunjukkan peningkatan angka autisme tidak terkait dengan vaksin MMR.
Salah satu studi jangka panjang terbesar diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada tahun 2002.
Studi itu mengevaluasi 537.000 anak-anak dan menemukan tingkat autisme yang sama di antara anak-anak yang telah divaksin dan yang tidak divaksin.
Setelah ulasan yang luas, Institute of Medicine, American Academy of Pediatrics, Organisasi Kesehatan Dunia dan otoritas medis utama lainnya menyimpulkan hal yang sama: Vaksin MMR tidak menyebabkan kenaikan kasus autisme.
(Baca juga : Mengenal Lebih Dekat Sindrom Tourette yang Diderita Tora Sudiro, Bisa Bermula di Umur 2 Tahun Loh!)
4. Mitos: Vaksin tidak 100 persen aman.
Ini benar, tapi menghindari vaksin juga tidak aman. Hampir semua vaksin diberikan lewat suntikan.
Suntikan ini menyebabkan rasa sakit dan sedikit luka sementara. Efek samping lainnya adalah demam, anak rewel, dan alergi.
Komplikasi yang lebih serius, jarang terjadi. Misalnya vaksin rotavirus zaman dulu yang sekarang sudah dilarang beredar, pernah diduga terkait dengan masalah penyumbatan usus.