NOVA.id – Sebagian besar dari kita bisa mengubah apa, kapan, dan berapa banyak kita makan untuk beberapa saat.
Tapi, begitu niat tersebut hilang, kita akan jatuh kembali ke kebiasaan lama kita.
Kenapa sulit sekali bagi kita untuk meninggalkan kebiasaan lama kita?
Sebenarnya, semua itu ada kaitannya dengan otak kita yang membantu kita untuk tidak bisa meninggalkan kebiasaan lama kita.
Padahal, tentunya beralih ke kehidupan yang sehat akan lebih baik.
(Baca juga : Wow, Ternyata Makanan Fermentasi Punya Banyak Manfaat, Salah Satunya Cocok untuk yang Mau Awet Muda!)
Lalu, apa yang dimaksud bahwa semua itu berkaitan dengan otak kita?
Simak hal-hal berikut yang dilansir dari Psychology Today.
Untuk Bertahan Hidup
Jauh di dalam otak kita, kita sudah memiliki dasar pemikiran untuk bertahan hidup.
Makanan adalah kunci untuk kelangsungan hidup kita.
Jadi, jika ada seseorang mulai bermain-main dengan makanan kita, kita akan merasa terancam dan dapat membangkitkan rasa takut kita.
Intinya, pada dasarnya otak kita sudah didesain untuk memiliki naluri bertahan hidup, itu sebabnya kita sering mencari makanan ketika kita merasakan hal-hal tertentu.
(Baca juga : Masuk Angin Karena Angin Malam? Inilah Fakta Sebenarnya)
Makanan Sebagai Cinta
Makanan juga memiliki emosional yang kuat untuk menarik kita.
Bagian dari kebiasaan kita dengan makanan telah dibangun di dalam bagian otak kita yang bagaikan mamalia.
Bukan hanya semata-mata untuk kesenangan, tapi juga mewakili hubungan, ikatan, dan bahkan cinta.
Jadi, makanan bukan hanya makanan, tetapi bisa berarti sebagai kecintaan kita terhadap sesuatu.
Menurut Teori Polyvagal Porges, hubungan dan keterlibatan sosial dengan orang lain adalah cara utama mamalia berkembang untuk menenangkan diri.
(Baca juga : Penasaran Cara Bikin Klepon Ubi Manis dan Lembut? Ternyata Begini Rahasianya!)
Regulasi alami ini dilakukan melalui proses neurologis. Saat hubungan itu hilang, makanan sering melayani fungsi serupa.
Maksudnya adalah bahwa makanan sering menjadi pengganti bagi itu semua.
Sebab, melalui pengalaman sensoris dan gerakan otot wajah, makan secara neurologis meniru interaksi sosial, memberikan rasa aman dan tenang.
Jadi, ketika kita mengatakan bahwa makanan itu, seperti "teman saya” atau “kekasih saya," tandanya kita menggunakan makan untuk mengatur sistem saraf kita.
(Baca juga : Heboh Ruben Onsu dan Sarwendah Pilih Keluar dari Bisnis Kue Kekinian, Ternyata Ini Alasannya...)
Gunakan Otak Secara "Rasional"
Sebagai manusia, kita memiliki otak tingkat tinggi, otak manusia, atau korteks.
Otak kita memiliki kemampuan untuk merencanakan, memberi alasan, dan melihat semuanya sampai akhir.
Sebagian besar, rencana diet atau tujuan kita untuk mengubah perilaku makan kita terjadi pada saat kita tenang.
(Baca juga : Begini Reaksi Luna Maya Disebut Eksis Lagi Main Film, Ini yang Sesungguhnya Terjadi)
Sayangnya, ketika kita stres dan lelah, kita kehilangan otak rasional kita dan secara alami kita akan kembali pada otak reptil atau mamalia kita.
Sehingga ketika itu terjadi, yang kita cari utamanya adalah makanan untuk membuat kita menjadi lebih tenang dan senang.
Hal-hal inilah yang membuat kita sulit untuk meninggalkan kebiasaan lama kita untuk memakan makanan yang tidak sehat.(*)
Sumber : Psychology Today
Putri Amalia Irawan