Selanjutnya, untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana seseorang bereaksi terhadap rasa pedas dan asin, para peneliti melakukan pemindaian otak pada partisipan saat mereka mencicipi kedua rasa tersebut.
Para peneliti memusatkan perhatian mereka pada dua daerah otak, insula dan orbitofrontal cortex, yang memiliki respons terhadap rasa asin.
Baca juga: Wajar Saja Lipstik Tak Awet, Inilah 5 Kesalahan yang Sering Kita Lakukan Saat Memakai Lipstik
Ternyata, daerah otak yang dirangsang oleh garam dan pedas tumpang tindih. Rasa pedas juga meningkatkan aktivitas otak di area yang diaktifkan oleh garam.
"Makanan pedas dapat menipu otak seseorang, seolah-olah mereka sedang merasakan makanan asin. Kepedasan membuat seseorang merasakan tingkat asin yang lebih tinggi, bahkan saat jumlah garam yang dikonsumsi dikurangi," terang Zhu.
Oleh karena itu, Zhu pun berpendapat bahwa jika seseorang bisa menolerir rasa pedas, maka meningkatkan jumlah konsumsi rasa pedas yang terdapat pada cabai atau bumbu lainnya justru akan memiliki manfaat kesehatan yang baik.
Baca juga: Sambut Akhir Tahun, Inilah Tips Liburan Seru dan Nyaman Bersama Keluarga
Meski begitu, Zhu tidak menyangkal bahwa temuan yang dipublikasikannya dalam jurnal Hypertension, Selasa (31/10) ini masih perlu disempurnakan lagi.
Menurut dia, penelitian ini masih terbatas karena dilakukan pada populasi yang terbatas saja sehingga belum diketahui apakah akan ditemukan hasil yang serupa pada populasi lainnya.
Selain itu, penelitian ini belum dikomparasikan dengan rempah lainnya, dan hanya melihat dampak capsaicin terhadap preferensi garam dan bukan jenis rempah lainnya. (*)
Monika Novena/Kompas.com Sumber: LiveScience