Dibanding Zaadit Taqwa, Ternyata Ketua BEM UGM Justru Lebih Disukai Warganet, Apa Penyebabnya?

By Healza Kurnia, Jumat, 9 Februari 2018 | 07:01 WIB
Obed Kresna, Najwa Shihab, Zaadit Taqwa (Healza Kurnia Hendiastutjik)

Begitu pula yang diungkap oleh Obed.

Baca juga: Jika Ingin Punya Payudara yang Indah dan Kencang, Cukup Lakukan Hal Ini Secara Rutin, Dijamin Ampuh!

Obed menambahkan, munculnya aturan tersebut terkesan seperti mengatur lembaga mahasiswa di Indonesia secara seragam.

Padahal, kata Obed, kebutuhan kegiatan atau aspirasi di setiap lembaga mahasiswa di masing-masing universitas itu berbeda.

"Aturan ini seperti memiliki kesan untuk mengatur lembaga mahasiswa secara menyeluruh. Seperti diseragamkan seluruh Indonesia. Padahal kebutuhan di setiap universitas itu berbeda-beda," ungkap Obed.

Presiden Mahasiswa UGM ini semakin mendapat pujian saat memaparkan closing statement atau ucapan penutup kepada pemerintah.

Baca juga: Banyak Manfaatnya dan Bisa Menurunkan Berat Badan, Konsumsi 7 Jenis Makanan yang Mengandung Vitamin E Ini, yuk!

Saat Najwa mempersilahkan masing-masing ketua BEM untuk mencurahkan closing statement mereka, ucapan Obed-lah yang mendapat banyak dukungan dan pujian.

Dikutip dari Tribunstyle.com, hal tersebut tampak dari berbagai komentar warganet di lini masa Twitter saat menonton acara Mata Najwa tadi malam hingga muncul tagar popular #KartuKuningJokowi.

Dalam pengakuannya saat closing statement, Obed menghimbau agar tak terjadi lagi perpecahan di Tanah Air.

Tak selamanya, kata Obed, orang yang mengkritik pemerintah akan disebut sebagai anti pemerintah.

Baca juga: Ini 5 Alasan Mengapa Tubuh Sering Merasa Lelah, Nomor 2 Perlu Waspada

Begitu pula sebaliknya, orang yang mendukung pemerintah belum tentu menjadi orang yang pro pemerintah.

Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan kesalahpahaman yang menyebabkan perpecahan di beberapa lapisan masyarakat.

Berikut closing statement Presiden Mahasiswa UGM, Obed Kresna Widyapratistha yang mendapat pujian warganet:

"Bangsa ini mengalami perpecahan antara orang yang mengkritik pemerintah dia selalu dikatakan sebagai anti Pemerintah dan orang yang seringkali mengatakan dia mendukung apa yang dikatakan pemerintah, dia dikatakan pro pemerintah. Ada perpecahan dan kemudian itu membuat bangsa ini pecah.

Baca juga: Tak Banyak yang Tahu, Makan Anggur Ternyata Bisa Membantu Redakan Depresi Secara Efektif

Nah mahasiswa harus menjadi intermediareaktor di mana dia bisa menjadi jembatan bagi keduanya ketika dia mengkritik pemerintah, bukan berarti dia anti pemerintah. Pun sebaliknya, ketika dia mendukung pemerintah, bukan berarti mahasiswa itu pro pemerintah.

Lalu apa yang membuat mahasiswa menjadi intermediareaktor, yaitu rasa kemanusiaan yang dibangun melalui hasil belajar kami hidup bersama masyarakat, melalui hasil belajar kami ngobrol di akringan dan sebagainya. Itu cara-cara kami belajar menghirup bau dari masyarakat itu sendiri," ungkap Obed.

Sontak, hal ini pun membuat masyarat maupun warganet banyak yang memuji aksi dari Obed.(*)