Dibanding Zaadit Taqwa, Ternyata Ketua BEM UGM Justru Lebih Disukai Warganet, Apa Penyebabnya?

By Healza Kurnia, Jumat, 9 Februari 2018 | 07:01 WIB
Obed Kresna, Najwa Shihab, Zaadit Taqwa (Healza Kurnia Hendiastutjik)

NOVA.id - Usai bergulir masalah "kartu kuning" yang dilayangkan oleh Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa, kini nama ketua BEM UGM, Obed Kresna Widya Pratistha menjadi sorotan banyak pihak.

Bukan karena aksinya yang kontroversial kembali, melainkan ungkapan-ungkapan bijak yang disampaikan oleh mahasiswa Jogjakarta ini dinilai bagus oleh masyarakat.

Seperti diketahui sebelumnya, berdasarkan informasi yang dihimpun NOVA dalam episode terbaru Mata Najwa pada Rabu (7/2), Najwa Shihab mengundang sejumlah ketua atau presiden BEM dari beberapa universitas ternama di Indonesia.

Baca juga: Ew, Bau Badan Tak Sedap Ternyata Dipicu 5 Jenis Santapan Ini! Yang Pertama Pasti Banyak yang Mengonsumsinya

Mulai dari Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti Gafar Revindo, Ketua BEM IPB Qudsyi Ainul Fawaid, Presiden Keluarga Mahasiswa ITB Ardhi Rasy Wardhana, dan Presiden Mahasiswa UGM Obed Kresna Widya Pratistha.

Selain para ketua BEM, Mata Najwa juga menghadirkan politis sekaligus mantan aktivis, kepala staff kepresidenan Moeldoko, serta Menteri Riset dan Teknologi Mohammad Nasir.

Dalam episode kali ini, Mata Najwa membahas mengenai aksi Zaadit Taqwa mengacungkan kartu kuning serta tuntutan-tuntutannya kepada pemerintah.

Berbagai persoalan dibahas dengan beruntun, mulai dari tanggapan mengenai aksi Zaadit.

Baca juga: Dewi Perssik Ungkap Penyebab Dirinya Belum Juga Hamil, Warganet: Sabar Mbak!

Dilanjut persoalan gizi buruk di Papua yang kini seolah menjadi diskusi nasional.

Bagaimana tidak, dalam salah satu tuntutannya, Zaadit mengeluhkan mengenai isu gizi buruk di Asmat yang belum rampung.

Landasan tuntutan itu, kata Zaadit, lantaran kondisinya suda memasuki tingkat Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat.

"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ungkap Zaadit.

Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya

Saat menjadi tamu di Mata Najwa, para ketua BEM ini pun mengungkap tanggapan masing-masing mengenai persoalan gizi buruk Asmat.

Satu di antara tanggapan yang menyedot perhatian yakni dari Presiden Mahasiswa UGM Obed Kresna Widyapratistha.

Obed meminta masyarakat khususnya mahasiswa mengapresiasi kinerja pemerintah untuk menangani persoalan gizi buruk tersebut.

Namun, bukan berarti kritik yang disampaikan Zaadit beberapa waktu lalu justru menjadi perdebatan dan dianggap tak berisi oleh pemerintah.

Baca juga: Ternyata Ini Pentingnya Kenalkan Learning Buddy pada Buah Hati

Zaadit, kata Obed, mewakili suara mahasiswa dan masyarakat untuk menyuarakan kritik berbasis ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa.

"Ketika apa yang melihat yang dilakukan oleh Pemerintah, saya perlu mengapresiasi. Saya kira mahasiswa harus perlu mengapresiasi. Tetapi, kita memang harus adil. Perlu ada apresiasi kepada pihak-pihak yang sudah berkontribusi di sana," ungkap Obed.

"Tetapi sekali lagi jangan kemudian melihat kritik yang kita lakukan itu tidak berdasar. Kita semua melakukan kritik itu berbasis dari ilmu pengetahuan kita masing-masing," lanjutnya.

Baca juga: Gigi Sering Bermasalah? Yuk Hindari dengan Melakukan Cara Ampuh Ini

Obed juga meminta agar pemerintah tidak melihat identitas dari si pengirim kritik itu, tetapi isi dari kritik itu sendiri yang memang sesuai data dan fakta di lapangan.

"Kita mohon bahwa kritik itu tidak dilihat dari identitasnya, dari siapa yang mengatakannya. Tapi dari keberpihakannya, dari bagaimana cara kita mengkritik, metode apa yang kita gunakan," ujar Obed.

Dilansir dari Tribunnews.com, seperti diketahui, UGM telah lebih dulu terjun ke Asmat untuk membantu mengatasi gizi buruk di sana.

Pihak UGM menerjunkan tim Disaster Response Unite (DERU) pada akhir Januari lalu.

Baca juga: Bikin Haru! Kisah Nenek Keturunan Belanda yang Diusir dari Indonesia Akhirnya Bertemu dengan Sang Adik di Magelang

Dari pemetaan itu, tim UGM menemukan masih banyak persoalan di Agats, Asmat, Papua yang masih belum terselesaikan.

Atas aksinya tersebut, UGM langsung mendapat pujian dari publik karena lebih dulu bertindak sebelum persoalan Asmat semakin mencuat usai aksi Zaadit.

Setelah persoalan Asmat didiskusikan, Najwa Shihab membuka ruang dialog mengenai tuntutan Zaadit yang ketiga, yakni pesoalan Permenristekdikti tentang Organisasi Mahasiswa (Ormawa).

Persoalan itu dianggap mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.

Baca juga: Unik! Jelang Valentine, Dua Restoran Ini Sediakan Menu Mewah Berhias Berlian, Minat Beli?

"Kita tidak ingin mahasiswa dalam bergerak atau berorganisasi dan berkreasi itu dikungkang, oleh peraturan yang kemudian dibatasi ruang gerak mahasiswa," papar Zaadit.

Tuntutan Zaadit ini rupanya dibenarkan oleh para ketua BEM.

Mereka menganggap aturan yang dibuat justru menghambat ruang ekspresi dan aspirasi mahasiswa di Indonesia.

Begitu pula yang diungkap oleh Obed.

Baca juga: Jika Ingin Punya Payudara yang Indah dan Kencang, Cukup Lakukan Hal Ini Secara Rutin, Dijamin Ampuh!

Obed menambahkan, munculnya aturan tersebut terkesan seperti mengatur lembaga mahasiswa di Indonesia secara seragam.

Padahal, kata Obed, kebutuhan kegiatan atau aspirasi di setiap lembaga mahasiswa di masing-masing universitas itu berbeda.

"Aturan ini seperti memiliki kesan untuk mengatur lembaga mahasiswa secara menyeluruh. Seperti diseragamkan seluruh Indonesia. Padahal kebutuhan di setiap universitas itu berbeda-beda," ungkap Obed.

Presiden Mahasiswa UGM ini semakin mendapat pujian saat memaparkan closing statement atau ucapan penutup kepada pemerintah.

Baca juga: Banyak Manfaatnya dan Bisa Menurunkan Berat Badan, Konsumsi 7 Jenis Makanan yang Mengandung Vitamin E Ini, yuk!

Saat Najwa mempersilahkan masing-masing ketua BEM untuk mencurahkan closing statement mereka, ucapan Obed-lah yang mendapat banyak dukungan dan pujian.

Dikutip dari Tribunstyle.com, hal tersebut tampak dari berbagai komentar warganet di lini masa Twitter saat menonton acara Mata Najwa tadi malam hingga muncul tagar popular #KartuKuningJokowi.

Dalam pengakuannya saat closing statement, Obed menghimbau agar tak terjadi lagi perpecahan di Tanah Air.

Tak selamanya, kata Obed, orang yang mengkritik pemerintah akan disebut sebagai anti pemerintah.

Baca juga: Ini 5 Alasan Mengapa Tubuh Sering Merasa Lelah, Nomor 2 Perlu Waspada

Begitu pula sebaliknya, orang yang mendukung pemerintah belum tentu menjadi orang yang pro pemerintah.

Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan kesalahpahaman yang menyebabkan perpecahan di beberapa lapisan masyarakat.

Berikut closing statement Presiden Mahasiswa UGM, Obed Kresna Widyapratistha yang mendapat pujian warganet:

"Bangsa ini mengalami perpecahan antara orang yang mengkritik pemerintah dia selalu dikatakan sebagai anti Pemerintah dan orang yang seringkali mengatakan dia mendukung apa yang dikatakan pemerintah, dia dikatakan pro pemerintah. Ada perpecahan dan kemudian itu membuat bangsa ini pecah.

Baca juga: Tak Banyak yang Tahu, Makan Anggur Ternyata Bisa Membantu Redakan Depresi Secara Efektif

Nah mahasiswa harus menjadi intermediareaktor di mana dia bisa menjadi jembatan bagi keduanya ketika dia mengkritik pemerintah, bukan berarti dia anti pemerintah. Pun sebaliknya, ketika dia mendukung pemerintah, bukan berarti mahasiswa itu pro pemerintah.

Lalu apa yang membuat mahasiswa menjadi intermediareaktor, yaitu rasa kemanusiaan yang dibangun melalui hasil belajar kami hidup bersama masyarakat, melalui hasil belajar kami ngobrol di akringan dan sebagainya. Itu cara-cara kami belajar menghirup bau dari masyarakat itu sendiri," ungkap Obed.

Sontak, hal ini pun membuat masyarat maupun warganet banyak yang memuji aksi dari Obed.(*)