Maksimalkan Limbah Sampah, Begini Cara Swedia Mengolah Limbah Sampah untuk Negaranya

By Healza Kurnia, Senin, 16 April 2018 | 11:15 WIB
Berbagai macam pembagian tempat sampah di salah satu taman kota di Malmo, Swedia (Healza Kurnia Hendiastutjik)

NOVA.id - Sampah selalu menjadi permasalahan utama sebuah negara setelah kemacetan.

Banyak negara di dunia yang harus berhadapan dengan sistem pengolahan sampah yang efektif dan cara melakukan pengolahan kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Seperti Indonesia misalnya, hampir jutaan kubik sampah selalu menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang harus mengantri untuk dipilah.

Mengutip dari Kompas.com, salah satu penyumbang terbesar dari sampah-sampah yang ada di TPA adalah sampah dapur atau sampah rumah tangga.

Baca juga: Saatnya Jadi Perempuan Cerdas yang Cintai Lingkungan Sejak Dini

Oleh karena itu, mungkin pemerintah dan masyarakat Indonesia perlu belajar dari kebijakan pemerintah dan budaya masyarakat yang mengerti arti kebersihan dan energi, Swedia.

Dilansir dari National Geographic, Swedia kini didapuk menjadi negara paling maju dalam pengelolaan sampah.

Dalam data statistik Eurostat, rata-rata jumlah sampah yang menjadi limbah di negara-negara Eropa adalah 38 persen.

Swedia berhasil menekan angka itu menjadi hanya satu persen.

Baca juga: Berkaca dari Dewi Djalal Sidharta, Role Model Masa Kini yang Fokus pada Cita-Cita Sejak Kecil

Swedia, negara terbesar ke-56 di dunia, dikenal memiliki manajemen sampah yang baik.

Mayoritas sampah rumah tangga di negara Skandinavia itu bisa didaur ulang atau digunakan kembali.

Satu-satunya dampak negatif dari kebijakan ini adalah Swedia kini kekurangan sampah untuk dijadikan bahan bakar pembangkit energinya.

Swedia kini mengimpor 800 ribu ton sampah per tahun dari negara-negara tetangganya di Eropa.

Mayoritas sampah ini berasal dari Norwegia.

Baca juga: Halmahera Barat Diguncang Gempa, Ini Dia Besaran Skala Gempa dan Lokasi Terdampak Gempa Susulan

Sampah-sampah ini sekaligus untuk memenuhi program Sampah-Menjadi-Energi (Waste-to-Energy) di Swedia.

Dengan tujuan utama mengubah sampah menjadi energi panas dan listrik.

Norwegia, sebagai negara pengekspor, bersedia dengan perjanjian ini karena dianggap lebih ekonomis dibanding membakar sampah yang ada.

Namun, dalam rencana perjanjian disebutkan, sampah beracun, abu dari proses kremasi, atau yang penuh dengan dioksin, akan dikembalikan ke Norwegia.

Baca juga: Sudah Satu Bulan Menikah, Putri Marino Hamil Anak Pertama, Selamat!

Sedangkan bagi Swedia, mengimpor sampah adalah pemikiran maju dalam hal efisiensi dan suplai energi bagi kebutuhan manusia.

Membakar sampah dalam insinerator mampu menghasilkan panas.

Di mana energi panas ini kemudian didistribusikan melalui pipa ke wilayah perumahan dan gedung komersial.

Energi ini juga mampu menghasilkan listrik bagi rumah rakyatnya.

Baca juga: Lagi-Lagi Miras Membawa Petaka Bagi Gadis Asal Surabaya Ini

Dikatakan oleh Catarina Ostlund, Penasihat Senior untuk Swedish Environmental Protection Agency, kebijakan ini bisa meningkatkan nilai dari sampah di masa depan.

"Mungkin Anda bisa menjual sampah karena ada krisis sumber daya di dunia," ujar Ostlund.

Sesudah Norwegia, Swedia menargetkan mengimpor sampah dari Bulgaria, Rumania, dan Italia.

Selain membantu Swedia dalam menyediakan sumber energi, impor sampah ini juga menjadi solusi pengelolaan sampah bagi negara-negara pengekspornya.(*)

Zika Zakiya / National Geographic 

Sumber: Phys.org