Cerita Unik Megan Colleen O’Donoghue, Sinden Cantik dari Amerika

By Winggi, Senin, 21 Mei 2018 | 15:51 WIB
Megan Colleen O’Donoghue (nationalgeographic.grid.id)

NOVA.id- Kebudayaan Indonesia merupakan salah satu budaya yang paling diminati di seluruh dunia.

Banyak negara yang menjadikan kebudayaan dan kesenian khas Indonesia menjadi topik pembelajaran di berbagai universitas dan institusi.

Salah satunya adalah Amerika Serikat.

Tak jarang masyarakat lokal disana yang apik bermain gamelan, menari tradisional khas Indonesia, bahkan bernyanyi keroncong dan juga menyinden.

(Baca juga: Patahnya Palu Sidang dan Firasat Harmoko Mengenai Kejatuhan Soeharto)

Seperti Megan Colleen O’Donoghue, seniman asal Amerika, salah satunya.

Di lansir dari voaindonesia.com, Megan menceritakan kisahnya hingga mahir karawitan.

“Waktu saya kuliah, saya ambil jurusan lagu seriosa di Seattle.

Terus di sana ada gamelan Jawa.

Saya jadi tertarik sekali sama gamelan di sana,” papar Megan Colleen O’Donoghue dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih.

(Baca juga: Studi Pada Gigi Hitler Berhasil Ungkap Waktu dan Penyebab Kematiannya)

Setelah lulus kuliah dari Cornish College of the Arts di Seattle tahun 2008, Megan memutuskan untuk mengikuti program Darmasiswa di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Program ini menawarkan beasiswa selama satu tahun kepada warga asing yang ingin mempelajari kebudayaan Indonesia.

Pada waktu itu Megan menimba ilmu di Institut Seni Surakarta di Solo dan mengambil jurusan karawitan selama satu tahun.

(Baca juga: NASA Temukan Air di Bulan Jupiter, Tanda Adanya Kehidupan Alien?

“Kalau karawitan itu artinya kesenian gamelan begitu ya. Jadi ada seni suara seperti sindenan, ada gamelan seperti gong, saron, demung, gender, bonang, kendang, rebab begitu.

Jadi kalau di ISI Surakarta kalau ambil jurusan karawitan semuanya harus belajar dulu,” jelas perempuan kelahiran tahun 1984 ini.

Selama di Solo, Megan tinggal bersama mendiang maestro sinden, Nyi Supadmi, yang juga adalah gurunya.

Melalui interaksi dengan para murid yang juga kos di rumah mendiang Nyi Supadmi, perempuan multitalenta ini jadi bisa memperlancar kemampuannya berbahasa Indonesia.

(Baca juga: Belajar Sekaligus Mencicipi Makanan Peranakan di Bulan Ramadan)

“Pertama kali aku datang ke sana itu baru bisa apa ya, mohon maaf dan terima kasih. Gitu aja. Yang lain enggak bisa bicara,” ujar Megan sambil tertawa mengingatnya.

“Karena itu yang tadi anak-anak kos itu lho.

Jadi mereka kan jauh lebih muda daripada saya. Mungkin sepuluh tahun. Jadi mereka masih seperti anak-anak gitu.

Mereka penasaran sekali ‘kok ada bule?’ Mereka suka sekali barang-barang saya, suka godain saya begitu.

(Baca juga: Mengenang Putri Diana Lewat Foto-Fotonya yang Tak Lekang Oleh Waktu)

Jadi mereka membantu banget, kan enggak bisa bahasa inggris sama sekali mereka, jadi saya terpaksa begitu.

Dan kalau terpaksa belajar bahasa, memang cepat sekali ya,” tambahnya lagi.

Usai mengikuti program Darmasiswa, Megan kemudian menikah dengan pemain keroncong asal Indonesia dan kembali menetap di Amerika selama dua tahun, sebelum akhirnya pindah lagi ke Indonesia pada tahun 2012.

“Saya, anak saya, dan mantan suami saya kembali ke Jawa selama empat tahun,” cerita Megan.

(Baca juga: Jerman Kembalikan Sembilan Artefak yang Dijarah Dari Kuburan Alaska)

Waktu itu Megan kembali mendalami kesenian Indonesia lainnya, seperti wayang kulit, dan banyak melakukan pementasan dengan dalang-dalang kenamaan, seperti Ki Sujiwo Tejo, Ki Manteb Sudharsono dan Ki Enthus Susmono, dimana ia berperan sebagai pesinden.

Sewaktu ditanya apakah Megan bisa berbahasa Jawa, ia pun menjawab:

“Oh ya, dulu sedikit. Sekedik-sekedik mawon,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Sebagai pesinden, Megan mengaku tidak fasih berbahasa Jawa.

Namun, latar belakangnya sebagai penyanyi membuatnya terbiasa menjiwai lagu-lagu bahasa asing, termasuk lagu-lagu dalam bahasa Jawa.

(Baca juga: Ainu, Suku Misterius di Jepang yang Hidup dalam Persembunyian)

Hal ini bisa terdengar dan terasa melalui teknik vokal dan cengkoknya ketika menyinden.

“Karena latar belakang saya memang penyanyi, jadi saya dari dulu belajar nyanyi dari banyak bahasa gitu.

Jadi kalau lagu seriosa itu kan bahasa Inggris, Italia, Jerman, Perancis, Rusia, macam-macam begitu.

Jadi memang kalau sudah begitu, telinga harus terbuka, harus peka.

Bukan maksud saya, saya sudah bagus nyanyi dalam bahasa Jawa.

(Baca juga: Aktif Melawan Perburuan, Pangeran Harry Memilih Bulan Madu di Afrika)

Cuman memang hobi saya memang bahasa,” jelas penyanyi yang pernah berkolaborasi dengan penyanyi legendaris Titiek Puspa dan kelompok Sheila on 7 ini.

Darah seni memang sudah mendarah daging dalam tubuhnya.

Ayah Megan yang adalah seorang musisi menjadi inspirasi baginya untuk meniti karir sebagi penyanyi dan komposer.

Tahun 2015, ia merilis album perdananya yang bertajuk “Peshawar,” bersama kelompok musik Gemati di Indonesia.

Album yang terdiri dari sembilan lagu ini mengambil nuansa musik rakyat atau folk, keroncong, dan karawitan, dengan campuran lirik dalam bahasa Inggris, Indonesia, dan Jawa.

(Baca juga: Ke Puncak Everest Hingga Base Camp, Tim WISSEMU Berjalan 22 Jam)

Lagu-lagunya yang antara lain berjudul “Ojo Ngoyo,” “Gulaku,” “Mumet,” dan “Kembang California,” dan “Berkah Indomaret” bercerita mengenai pengalamannya saat tinggal di Jawa Tengah dan juga saat tur keliling Indonesia bersama kelompok wayang kulit.

Tahun 2016 Megan memutuskan untuk kembali ke Amerika bersama puterinya.

Ia mengaku sangat rindu akan makanan Indonesia.

“Sayur-sayuran aja itu enak sekali seperti oseng-oseng, tempe, yang ringan-ringan itu enak sekali, gado-gado, pecel, enak banget.

Sampai sekarang anak saya juga belum begitu suka masakan Amerika, jadi setiap hari masih masak nasi untuk dia,” tambahnya di lansir dari laman voa indonesia.

Kini sehari-harinya Megan sibuk mengajar kelas vokal di Cabrillo College di Santa Cruz, California, dimana ia mengajarkan lagu seriosa, juga lagu-lagu Indonesia, Arab, dan Irlandia.

(Baca juga: 5 Negara dengan Waktu Puasa Tersingkat, Tidak Lebih dari 12 Jam)

Selain mengajar di kampus, Megan juga membuka kelas privat vokal dan piano di rumahnya.

“Alhamdulillah, ya sibuk terus.

Di sini murid tambah dan tambah terus,” ujarnya.

Murid-murid Megan pun sangat menghargai dan kagum dengan musik dari Indonesia, yang menurutnya sangat kaya rasa.

(Baca juga: Pesawat Cubana de Aviacion Jatuh di Kuba, 100 Penumpang Meninggal)

“Sebenarnya lagu Indonesia di Amerika banyak sekali yang suka, terutama gamelan ya. Di beberapa universitas across America gitu memang mereka punya gamelan Jawa, atau gamelan Bali atau gamelan Sunda. Jadi memang sudah banyak masyarakat Amerika yang tahu tentang musik Indonesia,” jelas penggemar lagu-lagu dangdut dari Rhoma Irama dan Elvy Sukaesih ini.

Rencananya melalui album ke-2 yang tengah digarap saat ini, Megan akan kembali menampilkan beragam nuansa musik.

"Lebih campur lagi rasanya, ada rasa Indonesia tapi ada rasa-rasa lain juga begitu," pungkas Megan. (*)

(Artikle ini sudah pernah tayang di laman National Geographic Indonesia dengan judul Megan O\'Donoghue, Sinden Cantik Asal Amerika)