Wah, Ternyata di Desa Tenun Ini Pria Tak Boleh Ikut Menenun, Kenapa?

By Healza Kurnia, Jumat, 3 Agustus 2018 | 10:00 WIB
Di depan rumah, perempuan desa biasa menenun kain sambil duduk berselonjor dan bercengkerama dengan wisatawan (Wida/NOVA)

Semuanya terlihat cantik dengan warna-warni yang memikat mata.

(Baca juga: Segar dan Kekinian, Thai Tea Sehat Ini Bisa Dibuat di Rumah, loh!)

Meski warna helaian benangnya terlihat cerah, perempuan suku Sasak ternyata hanya memanfaatkan pewarna alami yang disediakan alam untuk mewarnai benang.

Contohnya dengan menggunakan biji-bijian, kulit kayu, bunga-bungaan, umbi, buah, akar, juga daun tanaman.

Uniknya, tidak ada satu pun laki-laki yang ikut menenun kain di desa tersebut.

Mayoritas lelaki desa justru memilih untuk bertani atau berdagang kain sebagai mata pencaharian utama.

“Laki-laki dilarang menenun karena ini pekerjaan perempuan. Menenun juga menjadi tanda siap atau tidaknya seorang perempuan untuk menikah. Sebelum menikah, perempuanakan diminta untuk menenun 3 helai kain yang akan diberikan pada calon suami, calon ibu mertua, dan untuk dirinya sendiri. Salah satu motif yang wajib dikuasai adalah motif subhanale karena itu yang kelak menjadi mahar untuk calon suami,” kata Sumi.(*)

(Wida Citra Dewi)