Tidak hanya mengajar siswa-siswi, dengan 17 orang pembatik, kemampuan produksi Batik Pratiwi Krajan sekarang mencapai rata-rata 48 kain per minggunya.
Seiring meningkatnya permintaan konsumen, Nunu sudah berencana untuk menambah orang dan membangun rumah produksi yang lebih besar masih di lokasi yang sama.
Ia pun ingin melebarkan sayap usahanya ke bidang fashion dengan menghasilkan produk jadi berupa pakaian sebagai upaya untuk menambah kecepatan penjualan batik-batik miliknya.
Baca Juga : Blak-blakan! Lihat Sosok Gaib, Ruben Onsu Ajak Anak dan Istri Tidur di Mobil Sebulan Lebih
Harga yang ditawarkan untuk selembar kain batik karya Nunu dan kelompok batiknya beragam dan cukup terjangkau, mulai dari Rp150.000 hingga Rp700.000 tergantung jenis kain dan tingkat kesulitan motif dan pewarnaan.
Tak sekadar membuat batik, Batik Pratiwi Krajan juga menyajikan produk berkualitas tinggi, baik produksi batik tulis maupun batik cap (stamping).
Menjaga kualitas dan terus berinovasi menjadi kunci kesuksesan kelompok batik ini.
Afwan Daroni selaku Cepu Field Manager dari PT Pertamina EP berharap usaha batik ini terus berlanjut dan berkembang sehingga kesejahteraan dan perekonomian masyarakat dapat meningkat.
Tujuannya adalah menggerakkan ibu-ibu di desa dengan kegiatan ekonomi yang lebih variatif.
“Saya mengapresiasi keberhasilan kelompok Batik Pratiwi Krajan dalam memajukan batik khas Cepu, sekaligus Blora ini. Perusahaan akan mendukung terus agar batiknya dapat bersaing lebih luas dan memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat,” tukasnya. (*)
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR