NOVA.id – Perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan di Zaman penjajahan Belanda dulu patut kita hargai hingga sekarang.
Tanpa ada kegigihannya dalam memperjuangkan kesetaraan gender, kita mungkin tak bisa sebebas sekarang sebagai perempuan.
Semangat serta keberanian Kartini lah yang membuat banyak perempuan di Indonesia juga lebih maju untuk memperjuangkan nasib sesama perempuan.
Baca Juga : Wah, Anak dengan IQ Tinggi Memiliki Usia yang Lebih Panjang, Ini Penjelasan Ahli!
Setidaknya itulah yang dilakukan Anna Mariana yang berjuang dalam membina dan membangun para pengrajin tenun dan songket perempuan di Indonesia.
Minat Anna Mariana dalam memperjuangkan nasib penenun perempuan berawal dari kecintaannya pada budaya tenun dan songket tradisional Indonesia.
“Tenun dan songket kesemuanya mempunyai nilai keluhuran sejarah budaya dan filosofi nya yang tinggi, mulai dari sistem pembuatannya yang masih di pertahan sampai saat ini yaitu dengan cara tradisional dan hand made.”
Baca Juga : Rahasia Cantik Cinta Laura: Bangun Jam 5 Pagi Setiap Hari! Untuk Apa?
“Semua produk- produk nya mempunyai ciri khas, keindahan, keunikan motif yang berbeda beda di setiap masing-masing daerahnya di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Kiprahnya dalam mengembangkan tenun dan songket Indonesia ini pun sudah ia lakukan selama 36 tahun, yang telah melahirkan jutaan pengrajin.
Para pengrajin itu pun sudah dibina di bawah Yayasan Cinta budaya Kain Tradisional Nusantara ( CBKN ) dan Komunitas Tekstile tradisional Indonesia ( KTTI ).
Baca Juga : Mbah Mijan Komentari Kasus Hukum Istri Andre Taulany: Itu Berlebihan!
Tanpa terasa para pengrajin - pengrajin binaannya sudah ada di hampir 32 Provinsi yang berada di wilayah kabupaten, kota serta pelosok-pelosok di berbagai daerah- daerah di seluruh kepulauan Indonesia.
Meski begitu, Anna Mariana mengaku jika perjalanannya dalam mengembangkan bakat pengrajin tidaklah mudah.
“Yang tersulit di dalam pembinaan adalah dalam membuat motif-motifnya, kerena saya ingin terus mengembangkan kreasi-kreasi, design motif-motif tenun-tenun dan songket tradisional yang terbaru pada setiap daerah-daerah,”
“Agar produk-produknya terus dapat di minati masyarakat luas, dapat berkembang lebih modern dan lebih baik, dari waktu ke waktu, mampu bersaing di era pasar global,” jelasnya.
Baca Juga : Cantiknya Dian Sastro Tampil Jadi Pahlawan Perempuan Nasional, Intip Potretnya!
Tak hanya itu, memberikan modal kerja dalam hal pemasaran juga dinilai berat, karena jika tidak begitu, produk pun jadinya tidak laku.
“Kami berharap juga dukungan dan kerjasama pemerintah yang lebih baik, dan juga mengharapkan dukungan masyarakat Indonesia sendiri, agar terus meningkat kan semangat,"
"kecintaannya serta minatnya dalam menggunakan produk-produk tradisional tenun – tenun Indonesia, sehingga produk-produk terus dapat berkembang maju, baik di pasar Indonesia sendiri maupun di pasar Internasional,” lanjutnya.
Baca Juga : Dalam Sehari, Sri Lanka Diteror 8 Ledakan Bom yang Serang Gereja dan Hotel
Dan, perjuangan Anna untuk pengrajin tenun dan songket tak sia-sia, karena ia telah berhasil mengajukan permohonan untuk mengadakan Hari Tenun Nasional untuk melestarikan budaya.
“Alhamdulillah melalui proses perjuangan panjang pada akhirnya Presiden RI Bapak Joko Widodo dan Pemerintah telah mengabulkan permohonan kami dalam mewujudkan adanya Hari Tenun Nasional," pungkasnya.
Hari Tenun Nasional tersebut jatuh setiap tanggal 7 September, yang membuat tenun dan songket pun tetap hidup sepanjang masa.
Hebat ya!(*)
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR