NOVA.id - Kalau jadi seorang leader alias pemimpin di dalam perusahaan itu gampang, barangkali penghasilan seorang atasan tak bakal pernah lebih besar dari staf-stafnya.
Yup! Namanya jadi leader, prinsipnya memang tak bakal pernah mudah. Penghasilannya memang lebih besar, tapi tanggung jawabnya? Jelas juga jadi tambah berat!
Wajar, kalau tak semua orang siap menjadi leader. Dan tak pula sedikit orang yang kerap merasa minder dengan jabatan tinggi ini.
Baca Juga: Sudah Bagikan Warisan, Benarkah Anak Hotman Paris Kecewa dengan Kondisi Sang Ayah yang Sesungguhnya?
Entah karena perasaan tidak layak menjadi leader, atau memang karena pada dasarnya, kita keburu tak percaya diri duluan buat jadi seorang leader atau pemimpin.
Kalau sudah begitu, hasilnya bisa kita tebak: Kita jadi tak bakal maksimal menjalankan tugas sebagai leader. Gawat, dong?
Padahal satu yang perlu kita ingat, kita tak bakal mungkin jadi pemimpin, lo, kalau tak dinilai layak oleh atasan!
Baca Juga: Nikahi Konglomerat, Begini Tampilan Mukena Syahrini dengan Aksen Berlapis Emas 24 Karat!
Nah, untuk mengatasi sikap minder atau tidak percaya diri lantaran baru diangkat jadi leader di kantor, kita tentunya mesti berusaha menjadi pemimpin yang baik.
Tips menjadi pemimpin di perusahaan tidaklah susah!
Samuel Ray, content creator Instagram @SRL789 sekaligus praktisi HR, memberikan beberapa langkah mudah agar kita semakin percaya diri menjadi seorang leader.
Baca Juga: Segar dan Mudah, Bikin Bubble Thai Tea untuk Menu Buka Puasa Hari Ini, Yuk!
Mulai dengan mendengar
Menjadi sebuah pemimpin yang baik perlu dimulai dengan kemauan mendengar.
Membuka telinga lebar-lebar, menggali informasi dan aspirasi, dan mesti menguasai atau memetakan masalah yang terjadi.
Baca Juga: Geram pada Raffi Ahmad, Rieta Amilia: Sekarang Pulangin Aja Gigi ke Mama!
Dengan demikian, segala keputusan yang kita ambil pun menjadi lebih tepat sasaran.
“People are not robots, mereka juga mau dihargai. Manusiawikan mereka. Be humble dan mau mendengar.
Ketika kita masuk selaku pemimpin baru, seperti apapun karakter manajemen, tunjukkan ke tim bahwa keberadaan kita di situ sebagai pemimpin bukan untuk mengobrak-abrik, tapi mau berkontribusi,” kata Samuel.
Baca Juga: 5 Tahun Keluar dari Rumah Ahmad Dhani dan Mulan Jameela, Dul Akhirnya Ungkap Alasannya
Temukan kekuatan tim
Tak dimungkiri, pasti ada pula kelakuan kolega di kantor yang kadang membuat kita merasa lebih minder dan sulit percaya diri.
Bisa jadi karena ada yang iri, atau merasa jauh lebih senior dan lebih pantas berada di posisi kita ketimbang kita sendiri.
Baca Juga: Menghilang Usai Kasusnya Heboh, Istri Andre Taulany Kedapatan Hadiri Ulang Tahun Geng Sosialitanya
Kalau sudah begini, hubungan antarkolega bisa tak enak! Lantas, masih cukupkah hanya dengan mendengar?
“Temukan kekuatannya, temukan kekuatan bawahan kita yang mungkin nyebelin ini, jangan fokus ke kelemahan orang.
Fokus ke yang baik, biarkan dia melakukan yang baik. Salah kalau kita merasa kalah sama bawahan. Karena kalau sudah di level manajer, kita bukan berkompetisi dengan bawahan kita—justru peran kita mensinergikan tim agar dapat mencapai sesuatu yang lebih besar,” bilang Sam—sapaan akrabnya.
Baca Juga: Film Kuntilanak 2 Tayang Juni 2019, Maxime Bouttier Sebut Ini Film Horor yang Berbeda
Ingat tujuan tim
Sebagai pemimpin, penting juga bagi kita untuk selalu menggarisbawahi tujuan bersama tim, bukan sekadar hasrat pribadi.
Kalaupun ada karyawan yang tak suka pada kita secara personal, jangan juga jadi baper alias bawa perasaan.
“Kalau saya, jangan sampai baper di kantor, karena saya di kantor untuk bekerja. Bertindak profesional, dan sepantasnya hubungan di kantor. Tidak perlu berlebihan, apalagi bawa perasaan ke kantor. Fokus pada tujuan utama kamu ke kantor yaitu untuk bekerja,” bilangnya.
Baca Juga: 2 Tahun Halangi Tsania Marwa Bertemu Buah Hati, Atalarik Syach: Saya Tidak Percaya Dia Ngurus Anak!
Dan bagaimana pun tingkah karyawan kita, kitalah yang punya kewajiban mengelola tim ini.
Sehingga yang terpenting, “Pahami kebutuhan tim kita seperti apa. Ada ibu-ibu menyusui yang lagi mau pumping, ya, kasih.
Ciptakan ambience kerja cerdas, menyelesaikan target tepat sasaran, on time. Lebih penting lagi, jaga tim kita supaya kerja cerdas,” tukas Sam.
Nah! Dengan berupaya menjadi pemimpin yang mengayomi dan bertindak atas nama tujuan bersama, niscaya kita bisa, lo, jadi leader—yang tak sekadar PD tapi juga punya kapasitas mumpuni!(*)
Penulis | : | Jeanett Verica |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR