NOVA.id – Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok saat ini.
Baik melalui jalur formal, informal, maupun nonformal, pendidikan menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas seseorang, termasuk diri kita sendiri, pasangan, atau anak.
Namun, tidak bisa dihindari, pendidikan juga identik dengan pengeluaran.
Biaya pendidikan selalu menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Annisa Pohan Jual Barang Preloved untuk Donasi Bersama Tinkerlust, Seperti Apa?
Bahkan, pendidikan adalah salah satu bidang dengan inflasi tertinggi, mencapai 10 sampai dengan 15% setiap tahunnya.
Oleh karenanya, mengalokasikan pos keuangan khusus dengan tujuan menyiapkan dana pendidikan menjadi penting.
Erlina Juwita, M.M., CFP., QWP, perencana keuangan dari OneShildt Financial menyebutkan bahwa prioritas setiap keluarga dalam mengelola keuangan berbeda-beda, tergantung pada value yang dianut masing-masing.
Baca Juga: Jarang Terekspos, Intip 5 Pesona Putra Sulung Gunawan yang Warisi Ketampanan Sang Ayah
Namun, secara ideal urutan prioritasnya adalah sebagai berikut.
1. Dana darurat
Untuk mengawali perhitungan berapa besarnya dana darurat yang perlu disiapkan, kita bisa membagi jumlah aset likuid kita dengan pengeluaran bulanan.
Aset likuid adalah harta yang bisa dengan mudah dan cepat dicairkan, yaitu kas dan setara kas (misalnya tabungan).
Hasilnya akan berupa rasio likuiditas yang menunjukkan berapa bulan kita dapat membiayai pengeluaran rutin apabila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan seperti pemutusan hubungan kerja atau hilangnya kemampuan bekerja, termasuk kematian.
Baca Juga: Mbak You Terawang Rentetan Bencana 2019 Usai Gempa Banten: Fenomena Mengerikan, Air Laut Pindah
Standar minimal untuk rasio likuiditas adalah tiga kali pengeluaran bulanan untuk orang yang berstatus lajang.
Jadi, sebaiknya kita menyimpan sekurang-kurangnya sebesar tiga bulan pengeluaran kita dalam bentuk aset likuid untuk berjaga-jaga.
Jika sudah berkeluarga, angka ini bisa disesuaikan lagi.
Simpanan dana darurat ini bisa kita cicil pelan-pelan sesuai kemampuan.
2. Proteksi berupa asuransi jiwa
Sebagian orang masih jengah membahas asuransi jiwa.
Alasannya, orangnya masih hidup, tetapi, kok, sudah bicara kematian.
Baca Juga: Nikmati Akhir Pekan, Mayangsari Tampil Modis dengan Baju Ini hingga Disebut bak ABG
Padahal perlindungan ini penting, apalagi bagi yang sudah berkeluarga.
Gunanya ialah jangan sampai keluarga yang ditinggalkan oleh pencari nafkah utama jadi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
3. Tujuan keuangan lain
Tujuan keuangan lain ini di antaranya meliputi dana pendidikan, dana pensiun, dana perjalanan ibadah seperti naik haji, atau dana traveling.
Sebaiknya dana darurat tercukupi dulu, setelah itu kita alokasikan pos keuangan untuk proteksi.
Terakhir, barulah untuk tujuan keuangan lainnya.
Namun, meski berada di urutan belakang, urusan dana pendidikan ini tidak bisa dianggap remeh. (*)
Leila Rizki Niwanda
Penulis | : | Nova.id |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR