NOVA.id - Mungkin bukan cuma kitayang ragu, takut, atau malu ke psikolog.
Artis ternama Marshanda pun mengalami hal yang sama.
Saat pertama kali diminta untuk pergi ke psikolog, perempuan bernama lengkap Andriani Marshanda ini juga enggan karena merasa tak ada yang salah dalam dirinya hingga mengharuskan ia pergi ke psikolog.
“Bukan takut, tapi lebih merasa, gue baik-baik aja kok. Apa sih lo nyuruh gue ke psikolog. Selama ini hidup gue baik-baik aja. Enak aja nyuruh gue konseling,” katanya.
Baca Juga: Sempat Depresi Sampai Datangi Psikolog, Cerita Abimana yang Akhirnya Memutuskan untuk Ganti Nama
Namun seseorang yang dekat dengan dirinya saat itu berhasil meyakinkan Marshanda yang kala itu usianya menginjak 18 tahun.
Konseling pertamanya itu malah sebelum ia ketahuan mengalami gangguan mental, yang belakangan baru diketahui, yaitu bipolar disorder.
Apa yang membuat Marshanda perlu ke psikolog saat itu?
Baca Juga: Terungkap! Psikolog Bongkar Kondisi Kejiwaan Nikita Mirzani Saat Labrak Elza Syarief
“Karena waktu SD aku mengalami bullying. Waktu kecil aku tumbuh dalam keluarga yang banyak happiness-nya tapi ada saat-saat di mana keluargaku mengalami disfungsional. Jadi temanku itu bilang, kayaknya kamu perlu konseling deh,” jelasnya.
Marshanda sangat memahami jika orang awam memberikan label “stres” pada mereka yang pergi ke psikolog.
Tak apa, karena mereka tidak tahu bahwa psikolog bukan hanya tempat orang-orang yang memiliki masalah saja.
“Biasanya orang yang seperti itu, dia enggak tahu kalau semua orang itu punya masalah, even dirinya dia sendiri,” ungkap Marshanda saat berbincang dengan NOVA.
Bahkan, bagi ibu satu anak ini, mereka yang mau ke psikolog berpikir 10 kali lebih. Mereka tahu kalau minta bantuan itu bukan kelemahan.
“Don’t judge them. Bukan hal yang memalukan kalau kita merasa kita mau ke konselor. Mencari pertolongan itu sesuatu yang malah harus, justru sehat, dan berani kalau kita mau menolong diri kita sendiri,” tegas Marshanda.
Baca Juga: Tabloid NOVA Terbaru: Jangan Salah, Inilah Cara Memilih Psikolog yang Tepat dan Bermanfaat
Merasa Tidak Nyaman
Lalu, apa yang dirasakan Marshanda setelah konseling pertamanya?
Setelah rutin menjalani konseling dua kali dalam seminggu selama enam bulan, ia banyak menemukan hal-hal yang memang perlu disembuhkan dalam dirinya sendiri dan itu sangat tidak nyaman untuknya.
“Aku tahu ternyata, I work hard to go through this. Aku harus kembali ke momen-momen di masa lalu yang bikin pertama kali luka itu muncul, mengingat, mengakui, perasaan enggak nyaman dan negatif,” katanya.
Tanpa disadari, sesi konsultasi yang ia jalani lama-kelamaan juga sangat berpengaruh pada hidupnya.
Baca Juga: Nikita Mirzani Unggah Hasil Tes Psikologi Anaknya dengan Sajad Ukra, Psikolog Ini Buka Suara
Tak hanya menemukan ketenangan hingga kenyamanan dengan diri sendiri, tapi juga meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
“Setelah mengakui racun-racun itu ada, aku baru bisa mengubah racun itu menjadi harta karun itu lewat konseling. Kita jadi belajar. Menurut aku, ilmu yang paling penting kita pelajari adalah ilmu tentang diri sendiri. Mengenal diri dan menguasai diri,” akunya.
Bipolar Disorder
Berhasil mengeruk harta karun, kini Marshanda tumbuh menjadi perempuan kuat yang bahkan aktif membagikan ilmunya seputar kesehatan mental di berbagai media sosial.
Namun ingatkah Sahabat NOVA kalau dirinya juga pernah melewati masa-masa sulit sampai videonya saat marah-marah viral di media sosial?
Baca Juga: Tanya Jawab Psikologi NOVA: Apa Saja Dampak Perceraian pada Anak?
Saat itu, Marshanda sulit menerima kenyataan dirinya didiagnosis bipolar disorder pada tahun 2009 silam.
“Pas pertama tahu, itu sebuah pengalaman yang berat karena aku enggak bisa nerima begitu aja. Enggak gampanglah ya kita menerima fakta kalau kita punya sebuah challenge yang begitu berat, besar, dan serius,” aku Marshanda lirih.
Marshanda yang berpikir kalau dirinya baik-baik saja karena bisa mengerjakan segala hal, saat itu butuh bantuan profesional.
Selama 4 tahun bahkan dirinya menyangkal dan tak mau menerima hal tersebut.
Baca Juga: Analisis Ekspresi Galih Ginanjar Saat Minta Maaf pada Fairuz, Psikolog: Tidak Terlihat Penyesalan
“Akhirnya aku belajar tentang psikologi, kesehatan mental, pengembangan diri, motivasi, ilmu neuroscience, pengetahun tentang saraf dan otak, sampai semuanya aku pelajarin. Akhirnya aku bisa menerima aku punya bipolar disorder,” kata Marshanda.
Tak hanya itu, sekarang perempuan yang akrab disapa Caca mengutarakan lebih suka bercerita dan berkeluh kesah ke profesional karena mereka punya banyak alat-alat untuk self healing.
“Mereka itu sebuah arena yang luas dan sangat aman untuk menyembuhkan diri sendiri dari trauma, kepahitan, luka-luka yang pernah tercipta. Semua orang pasti punya tekanan, pengalaman yang enggak menyenangkan,” terang Marshanda.
Tak Ingin Turunkan pada Anak
Mantan istri Ben Kasyafani ini sadar betul sebagai orang tua tentu punya kelebihan dan kekurangan hingga keterbasan.
Baca Juga: Waduh, Psikolog Sebut Beauty Bullying Sebabkan Orang Jadi Bunuh Diri!
Dari pengalamannya, Marshanda tahu orangtuanya punya tekanan dalam hidup hingga terkadang melukainya.
“Kita jadi berpikir, nanti kalau aku punya anak jangan sampai aku tanpa sengaja juga melakukan hal yang sama ke anak aku. Jadinya aku merasa harus sembuh dan menyembuhkan luka-luka itu lebih dulu,” ungkapnya.
Terlebih gangguan jiwa yang dimilikinya tak bisa disembuhkan.
Sehingga, dengan mempelajari gangguan bipolar, Marshanda tak ingin dikuasai penyakit itu.
Tetapi, dialah yang harus bisa mengontrolnya.
Namun, kata Marshanda, “Bipolar disorder itu memang ada possibility genetik.”
Karena itu, menurutnya, pola asuh kita ke anak kita perlu dijaga, jangan sampai si anak punya luka batin waktu kecil.
“Karena kalau si anak punya luka batin saat kecil, sampai gede itu akan terbawa,” tambahnya.
Meski rumah tangganya tak berjalan ideal, Marshanda sangat menghindari trauma dan pengalaman buruk untuk putri semata wayangnya, Sienna Ameerah Kasyafani.
Sehingga kemungkinan penyakitnya turun ke Sienna bisa diperkecil.
Baca Juga: Ini 3 Dampak Kencan Online untuk Psikologi, Salah Satunya Rendah Diri
Bahkan, salah satu yang dipelajari Marshanda ialah, kalau orang tua teriak ke anak, maka akan ada satu serabut di otak belakang anak yang putus.
Alhasil perkembangan otak anak jadi tidak semestinya.
Nah, Sahabat NOVA, berkaca dari pengalaman Marshanda, kini kita sudah tahu betapa pentingnya konseling pada psikolog, kan. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | Siti Sarah Nurhayati |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR