NOVA.id - Membangun bisnis yang sukses tentu menjadi dambaan banyak orang.
Begitu pula bagi Laely Farida yang meninggalkan Inggris dan membangun bisnis di kaki Gunung Rinjani.
Pernah menimba ilamu selama satu tahun di Universitas Cambridge, perempuan yang akrab disapa Laely ini memilih pulang kampung ke Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Baca Juga: Tempat Penginapan Asyik yang Low Budget di Jakarta Ini Usung Budaya Indonesia
“Setelah lulus dari UGM saya sempat belajar di Cambridge. Sudah mulai betah sih di sana, sudah izin orang tua juga pingin tinggal di sana saja.
"Tapi tiba-tiba orang tua minta saya pulang, ya sudah lagi pula sejak awal sebenarnya saya ingin tinggal di Sembalun,” kata Laely saat ditemui NOVA di penginapan miliknya (26/09).
Meski menimba ilmu sampai ke Inggris, namun salah satu mimpi Laely adalah tinggal di desa damai dan mempunyai usaha yang bisa menghidupi keluarganya.
Dengan bekal pengetahuan dasar yag diperoleh dari bisnis penginapan milik orang tuanya, Laely akhirnya memutuskan untuk membuka Rinjani Garden pada tahun 2013.
Baca Juga: Ini Dia Rekomendasi Penginapan di Bali dengan Harga di Bawah Rp 200ribu, Tertarik?
Dibangun di lahan seluas 2.000 meter, awalnya Rinjani Garden hanya menyediakan lahan untuk kemah para pendaki.
“Awalnya cuma lahan camping jadi tamu bawa tenda sendiri, dulu tahun 2013 satu orang Rp50 ribu, sekarang mulai dari Rp200 ribu.
Terus berkembang sampai 2016 saya bikin 7 kamar. 6 kamar dengan kapasitan masing-masing 2 tamu dan 1 dorm dengan kapasitas 8 orang. Sekitar Rp490 ribu untuk kamar isi 2 orang, untuk dorm Rp1 juta untuk 8 orang. Ada juga lahan untuk kemah,” pungkas Laely.
Seperti bisnis pada umumnya, usaha Laely inipun tak selalu berjalan mulus.
Sejak Juli 2018 hingga Juni 2019, Laely harus rela tak mendapat pemasukan apapun karena jalur pendakian Gunung Rinjani ditutup usai gempa.
Untungnya, gempa yang mengguncang Lombok 2018 lalu tak membuat penginapannya rusak parah.
Sehingga ia memilih memembuka penginapannya untuk para relawan yang membantu masyarakat setelah gempa Lombok 2018 lalu.
“Dulu setelah gempa kita benar-benar berhenti. Gak ada yang berani naik ke sini. Saya akhirnya kasih volunteer menginap di sini gratis sekitar 2 sampai 3 bulan. Kalau pas ada kadang kami juga masakin, kalau gak ada ya kami cuma kasih mereka tempat menginap,” kenang Laely.
Memiliki Rinjani Garden, tentu sasaran Laely adalah para pendaki Gunung Rinjani yang datang dari berbagai negara.
Sadar betul jika sasarannya adalah turis dari dalam maupun luar negeri, Laely pun memanfaatkan teknologi untuk memasarkan bisnisnya.
Selain melalui travel agent, Laely juga memanfaatkan fitur Google My Business atau Google Bisnisku untuk membantu para pengunjung Rinjani menemukan penginapan miliknya.
Ia bahkan mengikuti kelas Gapura Digital dan Womenwill yang digelar oleh Google setiap Minggunya demi bisa memaksimalkan teknologi untuk memasarkan bisnisnya.
Dengan melek teknoloki itulah, Laely sukses memasarkan penginapannya hingga dikenal para turis dari Jerman, Perancis, Singapura, Malaysia, dan Australia. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Nuzulia Rega |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR