NOVA.id - Peran ibu sangat penting untuk pertumbuhan anak terutama pada masa 1000 hari setelah anak lahir.
Oleh karena itu, Kementerian PPN/Bappenas didukung oleh NOVA mengadakan acara bertajuk Peran Penting Ibu di 1000 Hari Pertama Kehidupan pada Sabtu, 21 Desember 2019 pukul 09.00 di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat.
Rangkaian yang dimoderatori oleh Editor NOVA, Dionysia Mayang Rintani menghadirkan pembicara ahli yaitu R. Giri Wurjandaru, SKM, M.Kes, Kasubdit Kewaspadaan Gizi, Dit Gizi Masyarakat Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan, Pungkas Bahjuri Ali, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, dan Hana K. Wadoe dari Save The Children Yayasan Sayangi Tunas Cilik.
Baca Juga: Mari Cegah Stunting, Lakukan Cara Ini Supaya Anak Mau Minum ASI
Ketiga narasumber ini hadir membicarakan mengenai angka stunting di Indonesia yang terus bertambah.
Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah anak kurang gizi di Indonesia mencapai 8 juta orang.
Indikator gizi buruk yang menimpa anak-anak dapat dilihat dari persentase angka indeks ambang batas kekurangan gizi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Jadi Komitmen Pemerintah, BKKBN Dukung Penanganan Stunting Sasaran Kelompok 1000 HPK
Indeks berat badan per usia anak di Indonesia memiliki angka sebesar 17% indeks tinggi badan per usia sebesar 27,5% dan indeks tinggi badan per berat badan sebesar 11%.
Sementara, indeks ambang batas angka kekurangan gizi menurut WHO berturut-turut adalah 10%, 20%, dan 5%.
"Kurangnya asupan gizi pada 1000 hari pertumbuhan anak itu bisa mengakibatkan anak gagal tumbuh, dan berdampak buruk pada kesehatan saat dewasa," ujar R. Giri Wurjandaru, SKM, M.Kes sebagai Kasubdit Kewaspadaan Gizi, Dit Gizi Masyarakat Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan.
Baca Juga: Soroti Angka Stunting hingga Kematian Ibu dan Bayi, Jokowi: Tugas Besar Kita di Situ!
Saat anak gagal mendapatkan gizi yang layak saat 1000 hari tersebut, anak pun akan sulit mengalami perkembangan yang baik.
Saat ia dewasa anak akan mudah terkena obesitas, jantung, dan penyakit lainnya.
Tak hanya itu, Pungkas Bahjuri Ali, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas juga menambahkan bahwa anak stunting juga sulit bersaing di dunia pendidikan.
Baca Juga: Kisah Dr. Louise, Perempuan Inspiratif NOVA Terjun Langsung untuk Kurangi Stunting di Indonesia
Sebab, anak stunting memiliki kecerdasan yang kurang sehingga mereka akan sulit mencerna pelajaran di bangku sekolah.
Alhasil, jika banyak anak menderita stunting di Indonesia, kita pun akan sulit membuat Sumber Daya Manusia berkualitas yang mana menyulitkan negara untuk maju.
"Sekarang udah memasuki era Revolusi 4.0, tapi kalau misalnya enggak bisa mikir, bagaimana kita bisa bersaing? Oleh karena itu, kita harus mencegah stunting," jelas Pungkas.
Baca Juga: Susi Pudjiastuti Kasih Resep Rahasia Anak Cerdas dan Bebas Stunting!
Namun, pencegahan stunting menurut Pungkas tidak akan disiapkan saat masa kehamilan, melainkan sebelum perempuan menikah.
Karena, perempuan memiliki peran yang begitu besar setelah menikah dan melahirkan, sehingga calon istri dan ibu pun harus dibekali ilmu kesehatan lebih banyak.
Menanggapi hal ini, Hana K. Wadoe dari Save The Children Yayasan Sayangi Tunas Cilik juga menyetujuinya.
Baca Juga: Bahaya, Bila Anak Kita Picky Eater Bisa Sebabkan Stunting, loh!
"Ibu memiliki peran yang banyak, pekerjaan, mengurusi anak, suami, dan banyak hal lagi. Makannya, orang paling sibuk di dunia itu adalah ibu. Jadi, sebelum perempuan memutuskan untuk menikah, dia harus sudah siap dengan perannya menjadi istri dan ibu," jelasnya.
Acara yang berlangsung selama dua jam ini pun mendapati perhatian ibu-ibu yang hadir.
Ibu-ibu yang hadir tersebut berasal dari PKK dari berbagai kelurahan, Komunitas NOVA, dan undangan umum.
Baca Juga: Miris! Ada 6.200 Ribu Balita di Gunung Kidul Alami Stunting, Ternyata Ini Penyebabnya
Semua peserta pun begitu antusias dengan pembahasan mengenai stunting ini, karena ini merupakan bekal penting untuk anak-anak mereka.(*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR