NOVA.id - Pinjaman online atau biasa disingkat pinjol, tengah jadi fenomena baru di bidang teknologi finansial (fintech).
Sebagian besar masyarakat urban malah sudah sering menggunakannya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak Januari 2019 jumlah peminjam ke layanan pinjol ini sudah mencapai 5,16 juta orang.
Baca Juga: Sempat Viral Karena Nyaris Diculik, Perempuan Ini Akhirnya Berdamai Dengan Pelaku
Kehadiran pinjaman online sebenarnya menjadi fasilitas penyelamat kala kita berada di kondisi darurat, pasalnya, pinjaman online memang mampu mencairkan uang dengan cepat.
Tentu dengan catatan harus bijak menggunakannya, bukan apa-apa, di balik kemudahan dan kepraktisannya, terselip risiko-risiko yang tidak kecil.
Lho, kenapa?
Baca Juga: Ditetapkan sebagai Tersangka, Lucinta Luna Mengaku Konsumsi Narkoba untuk Hilangkan Depresi
“Pinjaman online itu bunganya sangat tinggi, jadi boleh dibilang seperti rentenir zaman dulu. Ini sama namun dengan cara yang lebih modern. Dendanya juga per hari. Ditambah cara menagihnya juga kejam serta ada penagihan versi baru, yaitu mempermalukan orang yang meminjam lewat media sosial dan menghubungi semua kontak yang ada di smartphone kita,” ujar Tejasari, CFP., konsultan finansial, saat dihubungi NOVA.
Lantas, masih amankah meminjam lewat pinjaman online?
Tedja menyarankan untuk lebih baik tidak menggunakan pinjaman online sebagai jalan keluar masalah keuangan kita.
Baca Juga: Hadirkan Variasi Baru, Mitsubishi Optimis Targetkan Penjualan 46.900 Unit di Tahun 2020
Apalagi jika tidak dibarengi dengan kesiapan finansial yang benar untuk membayar bunga dan mungkin juga denda.
Namun, meskipun sangat berisiko, bukan berarti tak boleh melakukan pinjaman online, ya.
Kecuali jika menggunakan pinjaman online ilegal, itu lain cerita.
Dalam beberapa kasus dan kebutuhan, menggunakan pinjaman online sebagai jalan keluar masih bisa ditolelir.
Misalnya, pinjaman akan dipergunakan untuk kebutuhan biaya sekolah anak.
Ada kepentingan jika tidak segera dibayar, maka anak tak bisa sekolah.
Baca Juga: Go Soo Jung Meninggal Dunia karena Sakit, Pemakaman Berlangsung Tertutup
Dan saat itu kita kekurangan biaya.
Maka, untuk menambah dana, sah-sah saja untuk melakukan peminjan secara online ini.
Lagi-lagi dengan catatan dan peringatan keras.
Baca Juga: 6 Bulan Konsumsi Narkoba, Lucinta Luna Kini Ditetapkan sebagai Tersangka, Terancam 4 Tahun Penjara
“Jadi kalau memang kita yakin ada uang untuk bayar dan ini benar-benar sangat perlu dan penting banget, prioritas untuk keluarga, ya sudah. Atau misalnya orangtua sakit sehingga kita harus keluarkan biaya, boleh dan masih ditolerir. Tapi, dengan catatan, kita yakin bahwa saat jatuh tempo kita ada uangnya. Kalo tidak, nanti dendanya benar-benar per hari dan dimarahi setiap hari sama peminjam. Kan, menjebakan diri namanya,” ujar Tejasari.
Namun ingat, jangan sekali-kali menggunakan pinjaman online untuk keperluan konsumtif kita, ya.
Pasalnya, utang konsumtif yang kita buat sifatnya tidak penting.
Ibaratnya, jika tidak kita beli pun tidak apa-apa juga.
Misalnya, kita ingin membeli baju, sepatu, atau smartphone baru.
Bukan apa-apa, terlalu riskan dan besar risikonya untuk melakukan pinjaman online hanya untuk hal-hal yang sebenarnya bisa kita capai dengan cara lain.
Misalnya menabung, menunggu diskon, atau mengumpulkan poin, misalnya.
Tapi, sekalipun terpaksa meminjam online, berapa nominal yang aman untuk kita pinjam?
Jumlah pinjaman bisa berbeda-beda setiap orang.
Baca Juga: Koper Raffi Ahmad & Nagita Slavina Hilang di Bandara Turki, Begini Kronologi Kejadiannya
Tergantung pada limit dari ketentuan perusahaan penyedia layanan pinjaman online yang kita pilih.
Akan tetapi, Tedja menyarankan porsi cicilan sepertiga (1/3) gaji atau pendapatan setiap bulan sebagai batas maksimal kita boleh melakukan pinjaman.
“Iya hanya satu pertiga saja. Jadi, misalnya gaji Rp10 juta, cicilan maksimalnya satu pertiga (berarti Rp3,3 juta). Kalau kita masih harus bayar cicilan yang lain Rp2 juta, nah berarti limitnya tinggal Rp1,3 juta yang bisa kita pakai untuk mengambil pinjaman lanjutan,” jelas Tejasari.
Toh, kita juga harus membayar pos kebutuhan yang lain bukan?
Jangan sampai gaji habis hanya untuk bayar utang saja dan keteteran untuk menggenapi kebutuhan harian.
Bisa jadi kita malah gali lubang, tutup lubang nantinya.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR