NOVA.id - Hampir seminggu ini masyarakat dihebohkan dengan pernyataan dari salah satu komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sitti Hikmawatty, yang mengatakan bahwa perempuan dapat hamil di kolam renang jika berenang dengan lawan jenis.
Menurut Sitti, kehamilan ini dapat terjadi melalui sentuhan fisik secara tak langsung saat di kolam renang.
Tentu saja hal ini tidak benar.
Memang, sperma bisa hidup di luar tubuh laki-laki, akan tetapi, kondisi lingkungan di mana sperma berada sangat memengaruhi daya tahan hidup si sperma.
Dilansir dari Webmd, sperma akan cepat mati di permukaan yang kering, seperti pakaian atau sprei, begitu cairan semen kering.
Sedangkan di dalam air, terlebih air hangat, sperma mungkin hidup lebih lama karena berkembang di tempat yang hangat dan basah.
Meski begitu, hampir mustahil jika sperma bisa menemukan jalan ke tubuh perempuan dan melakukan pembuahan.
Dari kasus ini jelas telihat cerminan pendidikan seks yang kurang mumpuni.
Sangat disayangkan pernyataan ini keluar dari seorang perempuan sekaligus ibu yang harusnya punya peran memberikan pendidikan seks yang benar dan tepat bagi anak-anaknya.
Ya, sudah seharusnya dan selayaknya sebagai orangtua, kita wajib memberikan informasi yang tepat untuk anak—khususnya dalam ranah seksual.
Orang lain atau sumber informasi lain—termasuk internet—belum tentu bisa memberikan informasi yang benar.
Sedangkan informasi yang salah malah bisa menyesatkan anak dan berbahaya bagi perkembangan mereka dan bukannya tak mungkin memengaruhi anak sehingga berperilaku seks menyimpang.
Baca Juga: Kenali, 4 Tahapan Pendidikan Seks Anak dari Psikolog Alzena Masykouri
Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, anak akan mudah terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang, jika tidak diberikan pendidikan seksual dengan benar.
Maka itu, peran orang tua memberikan pendidikan seksual sejak dini sangat penting.
Jangan sampai salah kaprah, apalagi memberikan pernyataan yang tidak masuk di akal.
Baca Juga: Bukan Saat Dewasa, Justru Pendidikan Seksual Anak Harus Diajari Sedini Mungkin!
Lantas, bagaimana cara memberikan pendidikan seks yang benar pada anak?
Well, pendidikan seks sejatinya harus dilakukan sejak anak masih berusia dini.
Menurut World Health Organization (WHO) dari berbagai penelitian yang dilakukan, dikatakan bahwa anak sudah bisa mendapatkan pendidikan mengenai seks, bahkan sebelum usianya genap 5 tahun, lho.
Baca Juga: Jangan Cuma Larang Seks Bebas, Ayo Berikan Pendidikan Seks yang Tepat!
“Sejak dini, sebelum pubertas, karena di pubertas anak mulai mengalami perubahan fisik yang menonjolkan seksualitasnya dan mulai muncul dorongan seksual pula. Sehingga diharapkan sebelum pubertas anak sudah punya bekal sex education yang cukup,” jelas Vera pada NOVA.
Sebenarnya, orangtua dapat memulai pendidikan seks yang paling mendasar dengan mengajarkan anak buang air kecil dan memberitahu anak nama anggota tubuhnya—termasuk alat kelaminnya—tanpa kata ganti.
Cobalah untuk mengatakan secara terus terang.
Baca Juga: Awas, Minim Pendidikan Seksual Anak di Rumah Bisa Sebabkan Beragam Penyakit!
Beritahu nama penis untuk alat kelamin anak laki-laki, begitu pula vagina dan payudara saat merujuk pada organ seksual anak perempuan.
Jangan lagi gunakan istilah “burung” untuk kelamin laki-laki atau “susu” untuk payudara.
Sebab, hal itu hanya akan memberi pandangan pada anak bahwa seksualitas adalah hal yang tabu.
Padahal sebagai orangtua, kita perlu meluruskan bahwa seksualitas itu tidak tabu dan si kecil pun harus menghargai dan menghormati bagian-bagian tubuh mereka.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR