NOVA.id – Selama pandemi Covid-19, bersepeda jadi aktivitas favorit masyarakat seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Akibatnya, penjual sepeda pun diserbu pembeli, termasuk pembuatnya yang kebanjiran order.
Saking banyaknya order bikin sepeda, pembuatnya sampai takut pegang handphone.
Seperti dilansir dari Kompas.com, salah satu merek sepeda yang sedang populer saat ini adalah Kreuz.
Pemberitaan pertama tentang munculnya Kreuz - sepeda buatan tangan dari Bandung di Kompas.com pada pekan lalu, seketika mendongkrak atensi publik.
Ketika pertama kali dikunjungi pada 17 Juni 2020, kedua pendiri Kreuz, Jujun Junaedi dan Yudi Yudiantara mengaku daftar inden Kreuz sudah menjalar hingga bulan Februari 2022.
Ya, antrean pembeli sudah sampai 2022.
Hal itu terjadi karena memang kapasitas produksi Kreuz -yang secara fisik membuat replika dari sepeda asal London, Inggris, Brompton, terbatas hanya 10 frame set per bulan.
Namun, kurang dari 10 hari sejak pemberitaan -tepatnya Sabtu (27/6), daftar inden Kreuz sudah kian memanjang hingga 2022.
Tak hanya para penikmat sepeda yang mencoba menghubungi atau datang ke workshop Kreuz, tapi media-media mainstream lain pun lalu ikut memberitakan kehadiran Kreuz.
Ya, selama ini kehadiran Kreuz hanya dikenal di kalangan komunitas pecinta sepeda melalui platform media sosial, dan bukan media arus utama.
Kondisi itu yang lalu membuat publikasi Kreuz kian menyebar hanya dalam hitungan hari, apalagi di tengah memuncaknya tren bersepeda yang terjadi di Indonesia saat ini.
Fakta itu diungkapkan Jujun Junaedi saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu pagi (27/6).
Membludaknya pesanan sepeda, berimbas pada penjualan tas Kreuz. Bahkan, ada beberapa UMKM yang menawarkan diri untuk bekerjasama guna membuat souvenir Kreuz.
Yudi Yudiantara mengaku bahagia dengan apresiasi masyarakat terhadap produknya. Namun, hal itu tak mengurangi rasa pusing yang seketika mendera karena melimpahnya pesanan.
Pernah suatu hari, teleponnya tak berhenti berbunyi. Begitu pun dengan chat di WhatsApp-nya, mencapai 300 nomor.
Melihat kondisi itu, Yudi mengaku sempat sampai enggan menyentuh handphone-nya. Namun dia tak memiliki banyak pilihan, dan harus tetap menjawab pesan-pesan tersebut.
Akhirnya, ia menjawab satu per satu chat yang didominasi pesanan sepeda itu.
Setelah para calon pembeli membayar uang muka sebesar 50 persen dari harga Rp 3,5 juta per set frame, daftar order pun kian memanjang.
“Karena order membludak, saat list pesanan sudah sampai di September 2021, pesanan via WhatsApp kami tutup,” ungkap dia.
Pemesanan pun hanya diterima di lokasi pembuatan di Bandung. Hal tersebut lantas membuat banyak orang berdatangan ke pabriknya.
Baca Juga: Garmin Series Edge, Bantu Pesepeda Jaga Keselamatan dan Stamina
Berdasarkan pantauan, selama dua jam di sana, sedikitnya ada tujuh tamu yang diterima Yudi. Rata-rata, mereka melakukan pemesanan.
Menurut Yudi, tamu yang datang ke tempatnya silih berganti. Ada kalanya, tamu berdatangan hingga pukul 21.00 WIB.
Bahkan, salah satu pegawai Yudi mengaku, ketika jam menunjukkan pukul 21.00 WIB dan tamu tidak terlihat, ia buru-buru menutup Kreuz.
"Dia khawatir, akan ada lagi tamu yang datang," cetus Yudi.
Kini, untuk menjawab tingginya permintaan, Kreuz menambah jumlah pegawai dan rekanan industri rumahan.
Dari awalnya berjumlah 30an orang menjadi 160an. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah seiring berkembagnya nama Kreuz di mata publik.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Curhat Pembuat Sepeda Kreuz, Banjir Order Sampai "Takut" Pegang HP.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yunus |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR