Menurut Ahmad Jidon, pengawas Sungai Ciliwung di wilayah tanah abang, sebagian besar sampah adalah kiriman dengan jenis biomassa seperti kayu, bambu, dan belukar rerumputan.
Dengan program TOSS-GCB yang membutuhkan bahan baku dari sampah biomasa , permasalahan tersebut bisa terjawab bahkan bisa memberikan nilai tambah berupa energi panas dan energi listrik, sehingga sampah tidak mengalir dan menumpuk di hilir sungai. Setidaknya program TOSS-GCB akan memberikan 3 (tiga) manfaat utama.
Pertama, adalah MCK sehingga mampu meminimalisir pendangkalan sumur akibat eksplorasi air tanah yang sangat besar.
Baca Juga: Kebanjiran Order, Pembuat Sepeda Ini Malah Ketakutan Pegang HP
Kedua adalah memanfaatkannya untuk mencuci mesin, perkakas, kendaraan.
Ketiga, menyiram tanaman dan mampu menjadi sumber air untuk pertanian sayur mayur ramah lingkungan pada instalasi vertikultur.
TOSS-GCB adalah konsep pengolahan sampah (rumah tangga dan biomassa) berbasis komunitas/masyarakat yang digagas oleh Supriadi Legino dengan menggunakan teknologi peuyeumisasi (Biodrying), hasil karya inovasi Sonny Djatnika Sundadjaja. Proses TOSS-GCB dimulai dengan memasukkan sampah kedalam box bambu berukuran 2x1,25 x1,25 m3 (setara dengan 1 ton sampah) tanpa perlu pemilahan yang merepotkan.
Sampah dalam bambu tersebut kemudian disiram dengan biokativator yang akan membuat sampah menyusut hingga 50 persen dan mengering dengan tingkat moisture dibawah 20 persen dalam waktu 7 hari.
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR