Selanjutnya sampah yang telah melalui proses peuyeumisasi tersebut siap untuk dijadikan bahan baku energi berupa briket/pelet dengan nilai kalori setara dengan batu bara.
Supriadi mengatakan bahwa briket/pelet adalah produk batu bara nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku campuran batu bara dalam industri, terutama kaitannya dengan pembangkit listrik.
Saat ini PLN sudah menerbitkan peraturan direksi untuk penggunaan biomasa sebagai cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap dengan persyaratan teknik dan lingkungan yang ditentukan.
Namun, sambal menunggu adanya aturan trading briket/pelet dari pemerintah, briket/pelet TOSS-GCB dapat digunakan untuk oleh masyarakat setempat melalui KPC dengan mengkonversi menjadi syngas melalui proses gasifikasi.
Supriadi menekankan bahwa syngas mampu menjadi substitusi bensin pada genset atau solar pada mesin disel, dan listriknya bisa untuk menjernihkan air untuk keperluan MCK dan kebutuhan lain berbasis listrik. TOSS-GCB yang merupakan karya anak bangsa ini juga memiliki nilai luhur bagi masyarakat, komunitas, Pemerintah, dan perusahaan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan karena selain dapat mengurangi penggunaan energi fosil, TOSS juga bisa menjadi alternatif solusi permasalahan sampah yang kritis karena terbatasnya kapasitas TPA.
Hal ini merupakan kontribusi besar untuk mengurangi emisi Green House Gasses (GHG) atau gas rumah kaca (GRK) karena berkurangnya gas methan yang berasal dari tumpukan sampah di TPA.
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR