Jansen dan rekan-rekannya di Pfizer dan BioNTech telah bergerak cepat. Tetapi tetap fokus pada hasil ilmiah. Sampai hasilnya terbayar dengan pemberian otorisasi penggunaan darurat untuk vaksinnya dari Food and Drug Administration (BPOM) di berbagai negara.
Jansen dan tim bekerja dari awal pengujian pada bulan April hingga penyelesaian uji klinis fase III pada bulan November.
Dia mengelola operasi 650 orang, seringkali melalui panggilan Zoom dari apartemennya di New York City.
Wanita 62 tahun ini, telah menghabiskan setahun terakhir untuk memecahkan masalah klinis dengan uji coba vaksin Covid-19 sampai memilah logistik manufaktur, seputar persyaratan penyimpanan dingin. Ia juga menavigasi urusan regulasi tentang langkah selanjutnya untuk peluncuran vaksin.
Baca Juga: Setelah Vaksin Sudah Didistribusikan, Masihkah Perlukah Masyarakat Terapkan 3M?
Pekerjaan itu terbayar, pada 2 Desember 2020. Otoritas kesehatan di Inggris lebih dulu menyetujui vaksin perusahaan itu untuk penggunaan darurat, membuka jalan untuk inokulasi massal.
Vaksin kolaborasi perusahaan AS dan Jerman yang dipimpinya adalah vaksin Covid-19 pertama yang disetujui berdasarkan data uji coba fase-III.
Persetujuan dari negara lain kemudian segera menyusul.
"Keberhasilan ini sebagian besar berkat Jansen," kata Ugur Sahin, salah satu pendiri dan kepala eksekutif BioNTech, mitra Pfizer dalam vaksin, yang berbasis di Mainz, Jerman.
"Dia tidak kenal lelah. Tetapi juga sangat bergantung pada data. Dengan keingintahuan ilmiah dan keterbukaan terhadap pendapat yang berbeda. Dia rajin dan mau mendengarkan," kata Sahin.
Baca Juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin, Berikut 6 Kelompok Prioritas Vaksinasi
View this post on Instagram
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR