NOVA.id - Memasuki tahun 2021, masyarakat dunia mulai bisa bernapas lega karena beberapa vaksin Covid-19 sudah mulai diedarkan.
Salah satunya adalah vaksin Pfizer yang teruji memiliki tingkat efektivitas di atas 90 persen.
Salah satu tokoh paling berpengaruh di baliknya adalah Kathrin Jansen, kepala penelitian dan pengembangan vaksin di Pfizer.
Baca Juga: Protokol Kesehatan Harus Tetap Dijalankan, Meski Vaksin Covid-19 Telah Ditemukan
Jansen telah mempelopori upaya menyiapkan vaksin Covid-19 hingga siap dipasarkan.
Di bawah kepemimpinan Jansen, Pfizer memutuskan untuk berkolaborasi dengan perusahaan biotek Jerman BioNTech dalam vaksin Covid-19 menggunakan mRNA.
Pada bulan Agustus, Pfizer dan BioNTech mengungkapkan data dari uji coba fase I.
Hasilnya menunjukkan dua kandidat vaksinnya tampaknya efektif, baik pada orang dewasa muda maupun yang lebih tua.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan 440.000 Nakes dan 23.000 Vaksinator untuk Distribusi Vaksin
Perusahaan akhirnya memilih untuk fokus pada salah satu vaksin ini. Yaitu yang memiliki efek samping lebih sedikit dan mendorong tanggapan kekebalan yang lebih baik.
Fokus besar berikutnya untuk Pfizer adalah menyelesaikan uji coba dan mengirimkan vaksinnya.
Pfizer telah berusaha untuk menghindari keributan politik seputar pandemi dan khususnya tidak berpartisipasi dalam inisiatif vaksin Gedung Putih, Operation Warp Speed (OWS).
Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times, Jansen menjauhkan proyeknya dari OWS.
Baca Juga: Tidak Perlu Takut untuk Pergi ke Rumah Sakit Asal Terapkan 5 Langkah Ini
"Kami tidak pernah menjadi bagian dari Operation Warp Speed. Kami tidak pernah mengambil uang dari pemerintah Amerika Serikat, atau dari siapa pun."
Pilihan Pfizer untuk berfokus pada sains daripada politik diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pada vaksin.
Masalahnya, jumlah orang dewasa yang kemungkinan akan mendapatkan vaksin telah turun dari 72 persen pada Mei menjadi 51 persen pada September, menurut Pew Research.
Survei yang sama menemukan bahwa banyak orang AS khawatir bahwa vaksin akan tersedia sebelum keamanan dan kemanjurannya diketahui.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Segera Dimulai, Pemerintah akan Kirim SMS ke Penerima Vaksin Mulai Hari Ini
Jansen dan rekan-rekannya di Pfizer dan BioNTech telah bergerak cepat. Tetapi tetap fokus pada hasil ilmiah. Sampai hasilnya terbayar dengan pemberian otorisasi penggunaan darurat untuk vaksinnya dari Food and Drug Administration (BPOM) di berbagai negara.
Jansen dan tim bekerja dari awal pengujian pada bulan April hingga penyelesaian uji klinis fase III pada bulan November.
Dia mengelola operasi 650 orang, seringkali melalui panggilan Zoom dari apartemennya di New York City.
Wanita 62 tahun ini, telah menghabiskan setahun terakhir untuk memecahkan masalah klinis dengan uji coba vaksin Covid-19 sampai memilah logistik manufaktur, seputar persyaratan penyimpanan dingin. Ia juga menavigasi urusan regulasi tentang langkah selanjutnya untuk peluncuran vaksin.
Baca Juga: Setelah Vaksin Sudah Didistribusikan, Masihkah Perlukah Masyarakat Terapkan 3M?
Pekerjaan itu terbayar, pada 2 Desember 2020. Otoritas kesehatan di Inggris lebih dulu menyetujui vaksin perusahaan itu untuk penggunaan darurat, membuka jalan untuk inokulasi massal.
Vaksin kolaborasi perusahaan AS dan Jerman yang dipimpinya adalah vaksin Covid-19 pertama yang disetujui berdasarkan data uji coba fase-III.
Persetujuan dari negara lain kemudian segera menyusul.
"Keberhasilan ini sebagian besar berkat Jansen," kata Ugur Sahin, salah satu pendiri dan kepala eksekutif BioNTech, mitra Pfizer dalam vaksin, yang berbasis di Mainz, Jerman.
"Dia tidak kenal lelah. Tetapi juga sangat bergantung pada data. Dengan keingintahuan ilmiah dan keterbukaan terhadap pendapat yang berbeda. Dia rajin dan mau mendengarkan," kata Sahin.
Baca Juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin, Berikut 6 Kelompok Prioritas Vaksinasi
View this post on Instagram
Jansen memiliki rekam jejak dalam mengambil patogen jahat dalam situasi yang menantang.
Saat di Merck, dia memprakarsai proyek untuk mengatasi human papillomavirus (HPV), infeksi menular seksual yang menyebabkan kanker serviks.
Awalnya banyak rekan kepadanya mengatakan bahwa penelitian hanya membuang-buang waktu dan uang. Tapi upaya tersebut pada akhirnya menghasilkan vaksin HPV pertama di dunia, Gardasil.
Gardasil yang disetujui pada 2006, diharapkan dapat menyelamatkan jutaan nyawa melalui pencegahan kanker.
Pada 2017, CDC menemukan bahwa 66% wanita berusia 13 hingga 17 tahun menerima dosis pertama vaksin HPV sementara 49% menyelesaikan seri vaksin.
Sejak itu, Jansen bertanggung jawab memimpin pengembangan vaksin yang melindungi 13 jenis pneumokokus yang berbeda, yang menyebabkan meningitis pada anak-anak dan pneumonia pada pasien yang lebih tua.
Produk yang sudah dihasilkannya dihasilkan adalah Prevnar 13, sekarang menjadi vaksin terlaris di dunia. Gardasil menempati urutan nomor dua.
Pada tahun 2021, penjualan vaksin Pfizer – BioNTech Covid-19 dapat melampaui keduanya.
Baca Juga: Sadarkan Saudara yang Enggan Terapkan Protokol Kesehatan dengan Cara Ini
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul [Biografi Tokoh Dunia] Kathrin Jansen, Wanita yang Memimpin Pembuatan Vaksin Covid-19 Pfizer
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR