NOVA.id - Seiring bertambahnya usia, kesehatan jantung juga bisa menurun.
Terlebih bila kita tidak menjaga pola hidup sehat, kesehatan jantung pun jadi terpengaruh.
Ada beberapa orang yang mengalami irama jantung yang tidak normal.
Baca Juga: 5 Bahan Ini Bisa untuk Memutihkan Gigi, Salah Satunya Kulit Jeruk
Detak jantungnya dapat terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur.
Kondisi ketika detak jantung tidak berdenyut dengan normal inilah yang dinamakan Aritmia.
Aritmia dapat disebabkan karena hipertensi, diabetes, kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner.
Baca Juga: 5 Makanan Enak Ini Bisa Tingkatkan Daya Ingat dan Konsentrasi, Salah Satunya Jeruk
Pada beberapa kasus penyebabnya belum diketahui.
Selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan dan penyalahgunaan NAPZA.
Ketika terjadi aritmia, beberapa orang tidak menyadari kondisi mereka karena gejalanya tidak spesifik.
Baca Juga: Wow, Tidur Tanpa Bantal Ternyata Miliki Manfaat Kesehatan untuk Tubuh
Namun, pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke, bahkan kematian jantung mendadak.
Ada beberapa jenis aritmia yang sering dijumpai, yaitu fibrilasi atrium (FA), yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur.
Blok nodus sinus atau blok atrioventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat.
Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut normal.
Ventrikel takikardia/fibrilasi, yaitu kondisi ketika bilik jantung berdenyut sangat cepat bahkan hanya bergetar.
Dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan.
Sayangnya efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat.
Selain itu, obat-obatan anti aritmia juga sering memiliki efek yang tidak diharapkan dan mempunyai interaksi dengan obat-obatan lainnya.
Tindakan ini merupakan tindakan intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang dapat digunakan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang.
Belum lama ini, di Heartology Cardiovascular Center, dr Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K) melakukan tindakan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system pada seorang pasien laki-laki berusia 70 tahun. Pasien ini menderita gangguan aritmia FIBRILASI ATRIUM (FA).
Baca Juga: Terus Merasa Lapar Bisa Jadi Salah Satu Gejala Penyakit Kencing Manis, Ini Penjelasannya
FA adalah gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan di dunia.
Di Indonesia, saat ini, FA diperkirakan diderita oleh lebih dari 2 juta orang (referensi 1).
Penderita FA memiliki risiko stroke sampai 5x lipat lebih tinggi dibanding pasien yang bukan FA (referensi 2).
Baca Juga: Kaya Antioksidan, Ini 3 Manfaat Penting Cranberry untuk Kesehatan Tubuh
Selain itu, derajat keparahan stroke nya juga lebih tinggi.
Pasien yang dikerjakan dr Sunu ini juga memiliki riwayat stroke berulang.
Sejauh ini obat-obat sudah dikonsumsi maksimal oleh pasien tersebut, namun penyakitnya belum teratasi.
Baca Juga: Kaya Antioksidan, Ini 3 Manfaat Penting Cranberry untuk Kesehatan Tubuh
Oleh karena itu, pasien ini perlu dilakukan tindakan kateter ablasi untuk menghilangkan sumber aritmianya.
Fibrilasi Atrium merupakan salah satu jenis aritmia yang kompleks.
Sumber aritmia utama berasal dari ke-empat vena pulmonalis yang berada di atrium/serambi jantung sebelah kiri.
Kompleksitasnya terutama terletak pada banyaknya titik/sumber aritmia yang harus dihilangkan (di-ablasi), sehingga tingkat kekambuhan tindakan ablasi FA berkisar 25-30% setahun pascatindakan.
Teknologi HD Grid 3D Mapping system yang digunakan di Heartology Cardiovascular Center memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, termasuk FA.
Paradigma lama menggunakan kateter bipolar , sedangkan HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga bisa mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar.
Baca Juga: Kaya Antioksidan, Ini 3 Manfaat Penting Cranberry untuk Kesehatan Tubuh
Selain itu, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi.
Hal ini dibuktikan dengan bukti klinis yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi ini mampu menurunkan tingkat kekambuhan menjadi hanya sekitar 5-10% setahun pascatindakan (artinya 5-6x lipat lebih baik dibanding teknologi yang lama) (referensi 3-6). Hal lain yang juga penting adalah waktu tindakan yang bisa lebih cepat.
dr Sunu mempelopori dalam penggunaan HD Grid Mapping System ini.
Baca Juga: 5 Manfaat Jambu Biji untuk Kesehatan Tubuh, Cocok Dikonsumsi untuk Redakan Nyeri Haid
Lihat postingan ini di Instagram
Pertama di Indonesia. Tidak banyak rumah sakit yang memiliki teknologi ini, karena hanya sedikit Dokter Spesialis Jantung yang memiliki sub spesialisasi ini, disamping harga investasi peralatan yang cukup mahal.
Namun, Heartology berkomitmen dalam menyediakan layanan kardiovaskular berbasis teknologi termutakhir (advanced) dan tim dokter berpengalaman untuk memberikan layanan paripurna (uncompromized).
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR